Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat

Kompas.com - 06/10/2022, 21:30 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah untuk menuntun umat di dunia.

Rasulullah lahir pada abad ke-6, di tengah kondisi masyarakat Arab yang telah jauh menyimpang dari ajaran Allah yang dibawa oleh para nabi terdahulu.

Saat menginjak usia 40 tahun, Nabi Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul yang membawa risalah terakhir yang akan berlaku hingga akhir zaman.

Sejak itulah perjuangan Rasulullah dalam menyiarkan ajaran Islam dimulai dan berakhir saat wafatnya pada 8 Juni 632.

Berikut kisah Nabi Muhammad SAW dari lahir sampai wafat.

Baca juga: Fatimah Az Zahra, Putri Kesayangan Nabi Muhammad

Kisah kelahiran Nabi Muhammad

Terdapat beberapa pendapat terkait tanggal, bulan, dan tahun lahir Nabi Muhammad.

Pendapat yang paling populer dan banyak diyakini, Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun Gajah.

Disebut tahun Gajah karena saat itu terdapat peristiwa bersejarah, yakni serangan tentara bergajah pimpinan Raja Abraha yang hendak menghancurkan Kabah di Mekkah.

Lahirnya Nabi Muhammad itu bertepatan dengan hari Senin tanggal 22 April 571 Masehi.

Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa Rasulullah lahir pada 8 Rabiul Awwal, 9 Rabiul Awwal, pada bulan Ramadan, Muharram, atau Rajab.

Terlepas dari perbedaan tentang tanggal lahirnya, yang pasti Nabi Muhammad merupakan keturunan Bani Hasyim, salah satu klan dalam Suku Quraisy yang dihormati.

Nabi Muhammad merupakan putra Abdullah bin Abdul Muthatlib dan Aminah binti Wahb, yang lahir sebagai anak yatim.

Pasalnya, ketika Nabi Muhammad masih berusia dua bulan di dalam kandungan sang ibu, ayahnya meninggal dunia.

Sesaat setelah lahir, sang kakek yang bernama Abdul Muthalib, membawanya tawaf keliling Kabah sebagai tanda syukur kepada Allah.

Abdul Muthalib pula yang memberinya nama Muhammad, yang berarti orang yang terpuji.

Baca juga: Abdul Muthalib, Kakek Rasulullah yang Menemukan Kembali Sumur Zamzam

Tumbuh dewasa tanpa orang tua

Setelah Nabi Muhammad lahir, sang ibu tidak menyusuinya hingga selesai.

Hal ini sesuai tradisi Arab zaman dulu, di mana persusuan bayi harus diserahkan kepada murdi'at atau para perempuan yang menyusui bayi.

Nabi Muhammad pernah disusukan kepada Tsuwaibah Al Islamiyah dan Halimah Sa'diyah.

Ketika Rasulullah berusia enam tahun, sang ibu, Aminah, meninggal dunia.

Nabi Muhammad kemudian diasuh oleh Ummu Aiman, budak ayahnya, bersama Abdul Muthalib.

Sayangnya, Abdul Muthalib hanya bisa merawat Nabi Muhammad selama dua tahun, hingga tutup usia pada tahun 578.

Setelah itu, Rasulullah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, hingga dewasa.

Baca juga: Siapa Saja yang Pernah Mengasuh Nabi Muhammad?

Menikah dengan Khadijah

Ketika diasuh oleh Abu Thalib, Nabi Muhammad kerap diajak pergi berdagang ke berbagai daerah, yang juga membuat Nabi tumbuh sebagai seorang pedagang sekaligus penggembala kambing.

Saat remaja, untuk pertama kalinya, Nabi Muhammad berpartisipasi dalam peperangan, yakni Perang Fijar.

Kala itu, di usianya yang masih sekitar 14 tahun, Rasulullah tidak ikut bertempur, tetapi hanya membantu mengumpulkan panah.

Dalam perkembangannya, Nabi Muhammad terkenal di berbagai penjuru Jazirah Arab sebagai pedagang yang sangat jujur dan dapat dipercaya.

Berkat kejujurannya, sebelum Muhammad diangkat menjadi nabi, terkenal dengan sebutan Al-Amin, yang memiliki makna orang yang dapat dipercaya.

Karakter Muhammad dan budi pekertinya yang luhur telah didengar oleh banyak orang, termasuk Khadijah, seorang janda kaya yang menekuni dunia perdagangan.

Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakan barang dagangannya, bahkan mau memberikan upah dua kali lipat.

Baca juga: Siti Khadijah, Istri Pertama Nabi Muhammad

Ketika usianya menginjak 25 tahun, Muhammad menikah dengan Khadijah, yang saat itu berusia sekitar 40 tahun.

Perbedaan usia tidak menjadi penghalang bagi mereka dan kehidupan pernikahannya pun harmonis.

Nabi Muhammad dan Khadijah dikaruniai enam anak, yakni Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah.

Mendapatkan wahyu pertama

Hidup di tengah masyarakat Mekkah jahiliyah, Nabi Muhammad memiliki kebiasaan khas, yaitu menyendiri selama beberapa waktu untuk merenung.

Muhammad pun menemukan tempat untuk merenung, yaitu di Gua Hira, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Mekkah.

Baca juga: Waraqah bin Naufal, Imam Nasrani yang Memastikan Kenabian Muhammad

Melalui tafakur di Gua Hira, Rasulullah membersihkan hati dan pikirannya yang penuh keprihatinan terhadap masyarakat Mekkah dengan niat suci bermunajat kepada Allah.

Memasuki usia 40 tahun, Nabi Muhammad sering bermimpi yang datang seperti fajar yang terang di pagi hari.

Sampai suatu ketika di Gua Hira, tepatnya pada 17 Ramadan atau bertepatan dengan 6 Agustus 611 Masehi, Rasulullah melihat cahaya yang sangat terang.

Saat itu, Malaikat Jibril muncul dengan cahaya yang membutakan mata dan menyampaikan wahyu yang pertama untuk Nabi Muhammad.

Surat yang diturunkan pertama kali saat Nabi Muhammad menerima wahyu adalah Al-Alaq ayat 1-5.

Sesudah mengalami peristiwa itu, Rasulullah keluar dari Gua Hira dan pulang dalam keadaan ketakutan serta bingung.

Di kediamannya, Nabi Muhammad ditenangkan oleh Khadijah, yang kemudian mengajaknya menemui Waraqah bin Naufal.

Baca juga: Kisah Nabi Muhammad Sebelum Diangkat Menjadi Rasul

Waraqah bin Naufal adalah seorang imam Arab dan ahli kitab beragama Nasrani yang masih berkerabat dengan Khadijah.

Rasul memberitahukan Waraqah tentang pengalaman spiritualnya di Gua Hira dan wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril kepadanya.

Maka, Waraqah membenarkan bahwa Muhammad adalah nabi akhir zaman yang akan didustakan, disakiti, diusir, dan diperangi.

Beberapa waktu kemudian, Nabi Muhammad menerima wahyu kedua saat sedang berjalan di suatu tempat dan saat sedang di rumah dalam keadaan ketakutan karena belum terbiasa.

Saat itu, Nabi Muhammad menerima perintah untuk menyeru manusia kepada agama Allah.

Setelah itu, dimulailah perjalanan dakwah Islam Nabi Muhammad di Mekkah.

Baca juga: Shafwan bin Umayyah, Sahabat yang Pernah Merencanakan Pembunuhan Nabi

Perjalanan dakwah

Setelah mendapatkan wahyu, Nabi Muhammad mulai berdakwah di kalangan keluarga, sahabat, dan masyarakat Mekkah.

Seperti perkataan Waraqah, Rasulullah akan didustakan, disakiti, diusir, dan diperangi oleh orang-orang yang menolak mengikuti ajarannya.

Meski sebagian besar masyarakat Mekkah secara terang-terangan menentang ajaran Islam, Nabi Muhammad tidak berhenti berdakwah begitu saja.

Khadijah menjadi salah satu pelindung dan pendukung utama ketika Nabi Muhammad menghadapi perlawanan yang mengancam nyawa dari kaum kafir Quraisy di Mekkah.

Namun, bertepatan dengan tahun kesepuluh kenabian, Nabi Muhammad ditinggal wafat oleh Khadijah.

Untuk menghibur Nabi Muhammad yang tengah bersedih lantaran kehilangan pamannya, Abi Thalib, dan Khadijah, Allah memberikan Isra Miraj.

Baca juga: Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad

Isra Miraj adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam, yang mengisahkan perjalanan rohani Nabi Muhammad dari Mekkah ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem, hingga dinaikkan ke langit ketujuh atau Sidratul Muntaha.

Ada beberapa versi terkait kapan tepatnya peristiwa Isra Miraj. Umat Islam umumnya meyakini bahwa peristiwa ini terjadi pada 27 Rajab tahun 621 Masehi.

Kemudian, pada 622, Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Nabi Muhammad melanjutkan perjuangan dakwah di Kota Madinah selama 10 tahun dan menggunakan berbagai metode untuk syiar Islam.

Istri Nabi Muhammad

Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad yang juga tidak pernah dimadu. Rasulullah baru menikah lagi setelah Khadijah wafat.

Semasa hidup, Rasulullah menikahi 13 perempuan yang hampir semuanya janda, kecuali Aisyah.

Baca juga: Perang Jamal, Pertempuran antara Ali bin Abi Thalib dan Aisyah

Istri-istri Nabi Muhammad di antaranya:

  • Khadijah binti Khuwailid
  • Saudah binti Zama'ah
  • Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
  • Hafshah binti Umar
  • Zainab binti Khuzaimah
  • Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah
  • Zainab binti Jahsy
  • Juwairiyah binti Al-Harits
  • Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan
  • Shafiyah binti Huyai
  • Maimunah binti Al-Harits
  • Jamilah
  • Jariyah

Baca juga: Kisah Wafatnya Nabi Muhammad pada 8 Juni 632

Nabi Muhammad wafat

Pada 632, atau setelah 10 tahun hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad menunaikan ibadah haji ke Mekkah.

Setelah naik haji, Nabi Muhammad menyampaikan sebuah pidato terkenal yang disebut sebagai Khotbah Perpisahan (Khotbah Wada) di Gunung Arafah di timur Mekkah.

Lewat pidato ini, Nabi Muhammad berpesan kepada pengikutnya untuk tidak mengikuti aturan adat pra-Islam tertentu.

Tidak lama setelah itu, Nabi Muhammad mulai menderita sakit yang cukup parah.

Nabi mengalami sakit kepala dan demam tinggi selama beberapa waktu setelah pulang dari naik haji untuk pertama dan terakhirnya.

Pada hari Senin, tanggal 8 Juni 632, Nabi Muhammad meninggal di rumah istrinya, Aisyah.

Nabi Muhammad wafat pada usia 63 tahun. Jasadnya kemudian dikebumikan di Kompleks Masjid Nabawi di Madinah, yang saat ini di bawah naungan Kubah Hijau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com