Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MH Lukman, Wakil Ketua PKI yang Jarang Tersorot

Kompas.com - 30/09/2022, 07:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Muhammad Hatta Lukman atau MH Lukman adalah salah satu tokoh penting Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ia merupakan Wakil Ketua I PKI, yang juga berperan membangun serta menata ulang PKI bersama DN Aidit dan Njoto, pasca-meletusnya Peristiwa PKI Madiun 1948.

Sebagai salah satu pemimpin PKI, MH Lukman masuk daftar orang paling dicari usai peristiwa G30S, di mana PKI dituduh menjadi dalang dibalik pembunuhan para jenderal Angkatan Darat.

MH Lukman kabarnya ditangkap pada April 1966, tetapi tidak pernah diketahui di mana ia dieksekusi atau jasadnya dikebumikan.

Berikut biografi singkat MH Lukman.

Baca juga: DN Aidit, Pemimpin Terakhir PKI

Putra Tegal yang tumbuh di pengasingan

Muhammad Hatta Lukman lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada 1920. Ia merupakan putra dari Haji Muchlas, seorang guru agama Islam yang aktif di Sarekat Rakyat, kelompok komunis pecahan dari Sarekat Islam (SI).

Karena keterlibatan sang ayah dalam Sarekat Rakyat, Lukman dan keluarganya diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Boven Digoel, Papua.

Lukman, yang kala itu masih berusia sekitar sembila tahun, tumbuh di pengasingan bersama para tahanan politik.

Di pengasingan itu pula, Lukman mendapatkan pandangan bahwa tidak ada yang menghalangi seorang Muslim menjadi komunis, karena agama tidak menghalangi seseorang berkomitmen dan terlibat dalam perjuangan kaum miskin.

Pada 1934, Lukman bertemu dengan Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta, yang saat itu juga diasingkan ke Boven Digoel.

Bung Hatta pun menjadi dekat dengan keluarga Lukman, yang membuat Haji Muchlas memberikan nama Muhammad Hatta di depan nama Lukman.

Baca juga: Biografi Njoto, Wakil Ketua PKI yang Turut Dieksekusi Pasca-G30S

Berperan dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia

Hidup di pengasingan tidak menghentikan MH Lukman untuk melawan pemerintah kolonial Belanda.

Ia bahkan pernah dijebloskan ke penjara karena terlibat dalam aksi penentangan terhadap kebijakan Wilde Schoolen Ordonantie, yang melarang sekolah tidak berizin.

Pada 1938, Lukman akhirnya kembali ke kampung halamannya di Tegal dan sempat bekerja sebagai kondektur bus hingga kedatangan Jepang.

Pada masa pendudukan Jepang, Lukman berkenalan dengan DN Aidit, sekaligus menjadi anggota PKI yang aktif menentang penjajahan.

Andilnya cukup besar dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia, bahkan sempat dipenjara karena dianggap menentang Jepang.

Saat itu, Lukman juga bergabung dengan kelompok pemuda yang bermarkas di Menteng 31, Jakarta.

Baca juga: Siapa Pemuda Menteng 31?

Selain Aidit, ia dekat dengan tokoh muda seperti Nyono, Pandu Kartowiguno, Wikana, dan Chairul Saleh.

Lukman juga aktif di Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Barisan Rakyat (Bara), yang dibentuk sesaat setelah Indonesia merdeka.

Membangun PKI

Karier politik MH Lukman melesat bersama PKI. Namun, Peristiwa Madiun 1948, yang merupakan buntut dari perselisihan antara pemerintah dan sebagian golongan sayap kiri, membuat partai yang dibelanya itu compang-camping.

Bersama DN Aidit, MH Lukman berhasil melarikan diri ke luar negeri guna menghindari eksekusi terhadap orang-orang PKI, sebagai bagian dari penyelesaian tragedi di Madiun.

Sekembalinya ke Tanah Air, Lukman bersama Aidit dan Njoto membangun sekaligus menata ulang PKI yang berantakan akibat meletusnya Peristiwa PKI Madiun 1948.

Baca juga: Pembantaian PKI oleh Pemuda Pancasila

Pada 1951, Aidit, Lukman, dan Njoto mengambil alih kepemimpinan PKI. Dalam kepemimpinan baru PKI, Aidit menjabat sebagai Sekretaris Jenderal, MH Lukman Wakil Sekjen I, dan Njoto Wakil Sekjen II.

Pada 1959, istilah sekjen dan wakil sekjen kemudian diubah menjadi ketua dan wakil ketua.

Pergantian istilah itu membuat MH Lukman menempati jabatan Wakil Ketua I PKI, atau orang nomor dua di PKI setelah Aidit.

Di bawah kepemimpinan trio Aidit-Lukman-Njoto, PKI berhasil masuk dalam empat suara terbanyak di Indonesia dengan raihan 3,5 juta suara dalam Pemilu 1955.

Selain menjadi orang nomor dua di PKI, MH Lukman juga menjadi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) periode 1956-1959, sekaligus merangkap menjadi menteri negara.

Baca juga: Biografi Semaoen, Pendiri dan Ketua PKI Pertama

Akhir hidup

Sesaat setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S, MH Lukman masih tampil di hadapan publik.

Saat peristiwa G30S, di mana PKI dituduh menjadi dalang dibalik pembunuhan para jenderal Angkatan Darat, MH Lukman dan Njoto sedang tidak berada di Jakarta.

Pada 28 September, Lukman memang berangkat ke Semarang untuk melakukan kegiatan partai.

Namun, statusnya sebagai salah satu pucuk pimpinan PKI tentunya membuat Lukman juga dituding sebagai dalang G30S.

MH Lukman akhirnya ditangkap dan dieksekusi secara diam-diam selama operasi pembersihan anti-komunis 1965/66.

Akan tetapi, tidak pernah diketahui di mana ia dieksekusi atau jasadnya dikebumikan.

 

Referensi:

  • Dahlan, Muhidin M. (2020). Politik Tanpa Dokumen. Yogyakarta: I Boekoe.
  • Sucipto, Herman Dwi. (2015). Mengurai Kabut Pekat Dalang G30S. Yogyakarta: Palapa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com