Hasilnya, NU melaporkan terjadi rentetan pembunuhan dengan isu dukun santet yang bermula di Banyuwangi, kemudian meluas hingga ke 10 kabupaten lain.
Baca juga: Masa Bersiap, Pembantaian Orang Belanda Selama Revolusi Kemerdekaan
Menurut hasil pendataan yang dilakukan NU, terdapat 163 korban tewas dari lima daerah tapal kuda di Jawa Timur, yakni di Banyuwangi, Pasuruan, Pamekasan, Sumenep, dan Probolinggo.
Investigasi juga dilakukan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya yang menemukan data 157 korban tewas dan 10 orang luka berat dalam tragedi pembantaian dukun santet Banyuwangi.
Selain itu, rumah-rumah para korban juga dirusak oleh kelompok orang tidak dikenal.
Hingga kini, belum diketahui secara pasti siapa pelaku atau dalang di balik pembantaian dukun santet di Banyuwangi.
Namun, aksi-aksi pembunuhan massal nan keji itu diketahui dilakukan oleh kelompok orang yang disebut sebagai ninja.
Mereka berpakaian serba hitam dan diketahui memakai alat komunikasi berupa handy talky
Ada beberapa versi cerita yang menyebut bahwa para ninja tersebut adalah orang-orang terlatih dan bekerja secara sistematis.
Polisi kemudian menangkap 80 orang yang diduga sebagai pelaku, aktor intelektual, penyandang dana, dan eksekutor dalam Pembantaian Banyuwangi 1998.
Meski demikian, dalang utama dalam kasus Pembantaian Dukun Santet Banyuwangi, tidak pernah ditangkap.
Baca juga: Kasus Pelanggaran HAM Berat di Indonesia yang Belum Terselesaikan
Kronologi, motif, dan pelaku sebenarnya dalam tragedi berdarah Geger Santet Banyuwangi juga belum terungkap hingga kini.
Sumber: