KOMPAS.com - Manusia muncul pertama kali di muka bumi sekitar 2,58 juta tahun lalu, tepatnya pada kala Plestosen di zaman Kuarter.
Kendati demikian, proses perubahan masyarakat praaksara dapat berlangsung sangat lama.
Salah satu contohnya, meski telah ada di muka bumi sejak sekitar 2,58 juta tahun lalu, tetapi manusia baru mengenal tulisan pada 3000 SM, ketika bangsa Sumeria berkomunikasi menggunakan simbol piktograf.
Dengan kata lain, selama 2,5 juta tahun, manusia purba hidup tanpa mengalami perubahan dalam hal aksara atau tulisan.
Lantas, mengapa masyarakat praaksara mengalami perkembangan yang relatif lama dalam mengembangkan peradaban dibandingkan dengan masyarakat modern.
Baca juga: Mengapa Manusia Baru Muncul di Zaman Kuarter?
Kala Plestosen berlangsung antara tiga juta tahun hingga 10.000 tahun lalu.
Pada periode awal munculnya manusia ini, keadaan alam sudah jauh lebih stabil daripada masa sebelumnya.
Kendati demikian, keadaan alam yang melatarbelakangi kehidupan manusia pada kala Plestosen masih dipenuhi beberapa peristiwa besar.
Peristiwa besar yang dimaksud antara lain, meluasnya es ke sebagian muka bumi, perubahan iklim, turun-naiknya permukaan air laut, munculnya daratan-daratan baru dari bawah permukaan air laut, dan letusan gunung berapi.
Rentetan peristiwa alam tersebut tentu memengaruhi kehidupan masyarakat praaksara.
Dengan kemampuan yang masih sangat terbatas, manusia praaksara dituntut menghadapi tantangan alam guna mempertahankan hidupnya.
Bahkan manusia terpaksa berpindah-pindah (nomaden) ke tempat yang iklimnya lebih cocok.
Alhasil, tidak sedikit makhluk yang lemah atau tidak berhasil mengatasi tantangan alam akan punah.
Selain menghindari peristiwa alam yang dapat mengancam nyawa, masyarakat praaksara juga masih harus mencari makan.
Itulah mengapa proses perubahan masyarakat praaksara berlangsung lama karena keadaan alam belum stabil, sehingga manusia menggunakan sebagian besar waktu dan akalnya untuk bertahan hidup, bukan mengembangkan peradaban.
Baca juga: Zaman Kuarter: Pembagian dan Ciri-cirinya