KOMPAS.com - Negara yang memperoleh julukan Museum Manusia Purba Dunia tidak lain adalah Indonesia.
Karena banyaknya temuan fosil manusia purba di Indonesia maka Indonesia sering mendapat julukan Museum Manusia Purba Dunia.
Pasalnya, lokasi penemuan situs purbakala tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Bahkan Indonesia memiliki situs manusia purba yang dianggap terbesar dan terpenting di dunia, yaitu Situs Sangiran, yang terletak di Jawa Tengah.
Baca juga: Mengapa Para Ahli Meneliti Manusia Purba di Bantaran Sungai?
Salah satu situs di Indonesia yang menyimpan kekayaan fosil manusia purba berada di Sangiran, yang terletak di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah.
Para peneliti menganggap Sangiran sebagai pusat peradaban besar, penting, dan lengkap manusia purba di dunia karena memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun lalu.
Hal itu didasarkan pada temuan sekitar 13.000 fosil di sana, yang membuat Sangiran menjadi tempat ditemukannya 50 persen fosil purba di dunia.
Kekayaan fosil-fosil purbakala di Sangiran berupa fosil manusia purba, binatang-binatang purba, hingga hasil kebudayaan manusia praaksara.
Adapun wujud fosil yang ditemukan adalah tengkorak, rahang, gigi, tulang hewan purba, serta alat-alat yang digunakan manusia purba untuk sehari-hari.
Penggalian pertama di Sangiran dilakukan oleh P.E.C Schemulling pada 1883. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Von Koeningswald, yang kemudian menemukan fosil-fosil kehidupan masa praaksara.
Setelah itu, penelitian juga dilakukan di beberapa daerah lain di Jawa, seperti di Trinil, Ngawi, Ngandong, dan Pacitan.
Dengan memahami keterangan di atas, maka alasan Indonesia disebut sebagai Museum Manusia Purba Dunia adalah karena banyaknya fosil-fosil, baik berupa sisa tulang mahluk hidup ataupun perkakas, yang ditemukan di Indonesia.
Baca juga: Peralatan Manusia Purba dan Fungsinya
Berikut ini beberapa jenis fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia.
Homo Floresiensis ditemukan oleh Mike J. Morwood dan Peter Brown di Gua Liang Bua, Flores, bersama dengan tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada 2003.
Manusia ini diperkirakan hidup pada sekitar 30.000 hingga 18.000 tahun lalu, serta sudah dapat memasak dengan api dan membuat peralatan dari batu.