Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Singkat Sati, Ritual Istri Bakar Diri Setelah Suami Mati

Kompas.com - 07/08/2022, 15:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Selain itu, ada catatan yang menyebutkan bahwa ritual Sati merupakan ritual yang direkayasa sang raja agar istri-istri yang berselingkuh tidak berani meracuni suaminya.

Pada tahun 1633 dijelaskan bahwa ketika Belanda mendarat di Bali, saat itu penguasa setempat sedang mempersiapkan ritual Sati atau kremasi bagi permaisuri dan anak laki-lakinya.

Dijelaskan lagi pada 22 Desember 1847, di Bali terjadi ritual Sati terhadap Dewa Manggais, penguasa Gianyar bersama tiga istrinya.

Ritual tersebut diiringi pesta dan musik hingga tidak terlihat seperti upacara pemakaman.

Akhir Tradisi Sati

Tradisi Sati ini mulai luntur seiring dengan kolonialsime bangsa Eropa terhadap wilayah Asia.

Kolonialisme Eropa menilai bahwa ritual Sati bisa mengancam keberlangsungan penjajahan mereka atas suatu wilayah.

Sementara itu, bagi masyarakat yang masih menjaga tradisi, Sati merupakan kewajiban moral dan spiritual.

Penjajahan Inggris atas India membawa kampanye untuk menghentikan ritual Sati. Pada awal abad ke-19 dilakukan kampanye penghentian ritual Sati yang didukung oleh misionaris Eropa.

Sebelum India berada di bawah penjajahan Inggris, Kerajaan Mughal (1526-1857) memberlakukan berbagai peraturan untuk mencegah ritual Sati.

Kerajaan Mughal memberlakukan peraturan bagi para janda dengan memberikan uang pensiun dan bantuan rehabilitas.

Pada tahun 1829, pemerintah kolonial Inggris secara resmi melarang praktik ritual Sati di Provinsi Bengal. Setelah 30 tahun, ritual tersebut dilarang di seluruh India.

Sementara di Indonesia, pemerintah kolonial Belanda mulai melarang praktik ritua Sati di awal abad ke-20. Hal itu bersamaan dengan politiik etis yang disahkan ratu Belanda pada 1901.

Gubernur Jenderal Belanda Willem Rooseboom juga mengeluarkan ultimatum terkait praktik ritual Sati terhadap kerajaan-kerajaan Hindu di Bali.

Para penguasa di Bali diperintahkan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk segera mengakhiri ritual Sati.

Meski demikian, pada tahun 1903, ritual Sati maish berlangsung di Tabanan, Bali. Hal itu membuat Gubernur Jenderal Willem Roosebom marah dan sempat ingin mengundurkan diri.

Pada tahun 1904, pemerintah kolonial Belanda menekan keras para penguasa Bali untuk segera meninggalkan ritual Sati.

Baru pada tahun 1905, para penguasa di Pulau Bali sepakat menghapus ritual Sati.

 

Referensi:

  • Ricklefs, M.C. (2001). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: Serambi
  • Shamsuddin, Mohammed. (2020). A Brief Historical Background Of Sati Tradition In India. Din ve Felsefe Ara?t?rmalar? Vol 3.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com