Pecahnya tragedi Bloody Sunday ini kemudian memicu gerakan revolusi di Rusia.
Revolusi ini diwujudkan dengan cara pemogokan politik dan ekonomi pada 7 Oktober hingga 13 Oktober 1905.
Beberapa tempat, seperti sekolah, kantor pos, telegraf, bank, dan beberapa lembaga lainnya tidak berfungsi karena mogok masal.
Baca juga: STOVIA, Sekolah Dokter Zaman Hindia Belanda
Gerakan mogok ini kemudian memaksa Tsar Nicholas II menandatangani manifesto perbaikan tatanan negara pada 17 Oktober 1905.
Akan tetapi, manifesto yang ditandatangani oleh Nicholas II menyebabkan perpecahan dalam gerakan revolusioner.
Kaum borjuis liberal Rusia kemudian membentuk partai-partai dan menarik diri dari gerakan revolusi.
Hal itu menyebabkan pemberontakan bersenjata di Moskwa pada Desember 1905.
Baca juga: Upaya Penumpasan Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan tersebut disebabkan oleh kaum borjuis liberal yang menganggap manifesto sebagai taktik dari otokrasi.
Revolusi Rusia berlangsung terjadi hingga pertengahan tahun 1907.
Akhir dari Revolusi Rusia ini kemudian menghasilkan reformasi konstitusional yang meliputi:
Referensi: