KOMPAS.com - Revolusi Beludru atau Revolusi Tenang terjadi dalam peristiwa perpecahan Cekoslovakia.
Revolusi Beludru adalah peristiwa transisi kekuasaan tanpa kekerasan yang terjadi di Cekoslovakia (sekarang Ceko dan Slovakia).
Peristiwa yang terjadi pada November hingga Desember 1989 ini bertujuan menentang sistem pemerintahan satu partai.
Revolusi Beludru dipimpin oleh Vaclav Havel, yang ingin memperjuangkan sebuah negara yang demokratis.
Baca juga: Revolusi Turki Muda: Penyebab, Kronologi, dan Dampak
Cekoslovakia merupakan sebuah negara komunis di Eropa Timur yang berdiri sejak 1918.
Masyarakatnya terdiri dari dua etnis, yaitu Ceko dan Slovakia, yang memiliki perbedaan pendapat terkait arah politik.
Slovakia memilih jalan desentralisasi atau pemisahan kekuasaan, sementara Ceko mengingingkan pemusatan kontrol pemerintahan yang berpusat di Praha.
Pada akhirnya, upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik Cekoslovakia adalah dengan Revolusi Beludru.
Revolusi Beludru terjadi akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap partai tunggal yang menguasai politik di Cekoslovakia sepenuhnya.
Adapun partai tunggal yang berkuasa penuh di Cekoslovakia saat itu adalah Partai Komunis Cekoslovakia.
Baca juga: Dampak Revolusi Beludru
Partai Komunis Cekoslovakia mulai berkuasa sejak 25 Februari 1948, menyusul kemenangan Uni Soviet pada Perang Dunia II.
Sepanjang pemerintahannya, Partai Komunis Cekoslovakia bersikap sangat keras terhadap lawan politiknya.
Perbedaan pendapat akan dengan mudah dicap sebagai musuh negara oleh Partai Komunis Cekoslovakia yang berkuasa penuh.
Dalam perkembangannya, masyarakat menganggap Partai Komunis Cekoslovakia tidak bisa mengakomodasi kepentingan sosial Cekoslovakia.
Pasalnya, kehidupan Cekoslovakia tidak demokratis, keterbukaan sangat minim, hak menyampaikan pendapat pun dibungkam.