Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikayat Amat Rhang Manyang, Kisah Anak Durhaka yang Dikutuk Jadi Bukit

Kompas.com - 18/07/2022, 12:12 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hikayat Amat Rhang Manyang merupakan sebuah cerita rakyat yang mirip dengan Malin Kundang.

Cerita Rakyat Amat Rhang Manyang ini sangat populer bagi masyarakat Aceh.

Hikayat Amat Rhang Manyang menceritakan tentang seorang anak yang durhaka terhadap ibunya.

Kedurhakaan tersebut kemudian membawanya pada kutukan menjadi batu seperti yang terjadi pada Malin Kundang.

Baca juga: Cerita Rakyat Legenda Kerajaan Cahlang

Cerita Amad Rhang

Dahulu kala di Aceh, tepatnya di sekitar Krueng atau Sungai Peusangan, hidup seorang janda tua bernama Mak Minah.

Mak Minah hidup dengan putra semata wayangnya yang bernama Amat Rhang.

Mereka dikisahkan hidup dalam kemiskinan.

Amat Rhang merupakan tulang punggung keluarga dikarenakan ibunya sudah tidak kuat bekerja.

Amat Rhang bekerja sebagai buruh tani di desa. 

Kemiskinan membuat Amat Rhang bersama dengan ibunya, Mak Minah, hanya mampu makan sehari dua kali.

Seiring berjalannya waktu, Amat Rhang berkeinginan untuk merantau ke negeri seberang untuk mengubah nasibnya.

Amat Rhang kemudian berdiskusi dengan ibunya terkait niat untuk merantau.

Dalam hati Mak Minah, ia tidak ingin putranya pergi merantau dan meninggalkannya di rumah sendirian.

Namun, setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya Mak Minah mengizinkan Amat Rhang untuk pergi merantau.

Amat Rhang merantau

Setelah beberapa hari berlalu, Amat Rhang kemudian bersiap untuk merantau dengan menumpangi kapal yang singgah di dekat desanya.

Sebelum berangkat, Mak Minah berpesan kepada Amat Rhang untuk tidak melupakan kewajibannya berbuat baik dan selalu beribadah.

Nasihat dari ibunya tersebut selalu diingat oleh Amat Rhang dan dijadikan bekal merantau.

Setelah tiba di negeri seberang, Amat Rhang kemudian diterima bekerja sebagai kuli angkut oleh seorang saudagar kaya.

Selama bekerja di sana, Amat Rhang dikenal sebagai seorang pekerja yang baik, taat beribadah, dan jujur.

Ia kemudian menikah dengan putri dari majikannya yang merupakan saudagar kaya.

Amat Rhang kemudian mewarisi usaha dagang dari sang mertua.

Baca juga: Legenda Timor Leste: Persahabatan Anak Lelaki dan Buaya

Kembali ke tanah kelahiran

Setelah sekian lama, Amat Rhang sangat sibuk dengan urusan usahanya hingga ia lupa beribadah.

Suatu ketika, Amat Rhang yang berubah nasibnya menjadi seorang bangsawan kaya, rindu dengan kampung halamannya.

Amat Rhang begitu rindu dengan ibunya, keluarganya, dan sahabat-sahabatnya di kampung halaman.

Ia kemudian mempersiapkan diri untuk kembali ke kampung halaman bersama dengan istri dan para pengawalnya.

Di kampung halamannya, Mak Minah yang mendengar kabar pulangnya Amat Rhang sangat antusias.

Mak Minah sudah menunggu kedatangan sang anak di bibir dermaga. Bahkan, seluruh penduduk desa menanti Amat Rhang pulang.

Ketika kapal yang ditumpangi Amat Rhang bersandar di dermaga, Mak Minah yang sudah tak bisa menahan rasa rindunya berlari menemui sang anak sambil memanggil namanya.

Namun, Amat Rhang tidak mengakui bahwa Mak Minah adalah ibunya. Amat Rhang merasa malu mengakui sang ibu di depan istrinya.

Amat Rhang kemudian meminta para pengawalnya untuk menyingkirkan ibunya. Ketika dibawa pergi, sang ibu sempat melemparkan kutukan terhadap Amat Rhang.

Setelah itu, Amat Rhang pergi meninggalkan kampung halamannya. Namun, ketika kapalnya baru saja berlayar, tiba-tiba turun hujan badai.

Setelah itu, kapal yang membawa rombongan Amat Rhang terkutuk dan berubah menjadi sebuah bukit.

Bukit tersebut saat ini dikenal dengan nama Bukit Lamreh di Aceh Besar.

Baca juga: Sejarah Legenda Batu Gantung di Tepi Danau Toba

 

Referensi:

Mulyani S, Yeni. (1994). Legenda Sastra Nusantara yang Bertema Sama Dengan Malin Kundang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Peristiwa Haur Koneng 1993

Peristiwa Haur Koneng 1993

Stori
Tragedi Waduk Nipah 1993

Tragedi Waduk Nipah 1993

Stori
Bataviasche Nouvelles, Surat Kabar Pertama di Indonesia

Bataviasche Nouvelles, Surat Kabar Pertama di Indonesia

Stori
Waisak, seperti Maulid dan Isra Miraj Bersamaan

Waisak, seperti Maulid dan Isra Miraj Bersamaan

Stori
Ide-Ide Pembaruan Sultan Mahmud II

Ide-Ide Pembaruan Sultan Mahmud II

Stori
Perlawanan Kakiali terhadap VOC

Perlawanan Kakiali terhadap VOC

Stori
Jayeng Sekar, Organisasi Kepolisian Bentukan Daendels

Jayeng Sekar, Organisasi Kepolisian Bentukan Daendels

Stori
Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Stori
6 Peninggalan Kerajaan Ternate

6 Peninggalan Kerajaan Ternate

Stori
Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Stori
Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Stori
Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Stori
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Stori
4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

Stori
Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com