Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Singkat Sultan Hidayatullah II

Kompas.com - 17/07/2022, 20:15 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sultan Hidayatullah II merupakan salah satu pemimpin Kerajaan Banjar yang berada di Kalimantan Selatan.

Ia naik takhta Kerajaan Banjar setelah terjadi kemelut terkait penerus kepemimpinan negara.

Pada 1860, Sultan Hidayatullah II pernah terlibat konflik dengan Belanda. Hal itu disebabkan Belanda secara sepihak menghapus Kesultanan Banjar.

Baca juga: Biografi Laksamana Maeda: Tokoh Jepang yang Rumahnya Jadi Tempat Perumusan Proklamasi

Kehidupan awal

Sultan Hidayatullah II lahir di Martapura pada 1822. Awalnya, ia diberi nama Gusti Andarun oleh orangtuanya.

Ia adalah putra dari Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam Al-Watsiq Billah dan Ratu Siti binti Pangeran Mangkubumi Nata.

Sultan Adam merupakan bangsawan istana Banjar. Diriwayatkan pula bahwa Gusti Andarun merupakan pewaris takhta Banjar melalui wasiat dari kakeknya, Sultan Adam.

Pada 1852, terjadi polemik perebutan hak atas takhta Sultan di Banjar.

Polemik ini memunculkan tiga kandidat penerus Kesultanan Banjar. Mereka adalah Gusti Andarun, Gusti Wayuri atau Tamjidullah II, dan Prabu Anom.

Meski demikian, Tamjidullah II diangkat oleh Belanda sebagai Sultan Muda pada Agustus 1852.

Konflik penobatan

Campur tangan Belanda dalam pengangkatan Sultan Banjar berawal dari status Kesultanan Banjar  yang menjadi tanah perlindungan (protektorat) dari VOC-Belanda sejak 13 Agustus 1787 di era Sultan Nata Alam.

Meski demikian, Gusti Andarun harusnya menjadi Sultan Banjar karena berdasarkan surat wasiat.

Untuk menghindari konflik, Belanda bersiasat dengan mengangkat Gusti Andarun sebagai Mangkubumi untuk mengatur pemerintahan dengan gelar Pangeran Mangkubumi pada Oktober 1856.

Pada 1858, muncul gerakan untuk melawan kepemimpinan Tamjidullah II pada 1859.

Saat itu, Gusti Andarun memiliki dasar wasiat dan keris Abu Gagang sebagai tanda sah bahwa ia adalah pemimpin Banjar selanjutnya.

Pada Juni 1859, Belanda melengserkan Tamjidullah II dan digantikan oleh Gusti Andarun yang bergelar Sultan Hidayatullah II.

Pada 1860, Belanda secara sepihak mengumumkan menghapus Kesultanan Banjar. Hal itu kemudian membuat pecah Perang Pamaton hingga berakhir pada 1906.

Baca juga: Biografi Singkat KH Masjkur: Menteri Agama di Era Soekarno

Meninggal dunia

Perang Pamaton ini dimenangi oleh Belanda atas Kesultanan Banjar.

Hal itu dibuktikan dengan Sultan Hidayatullah II atau Gusti Andarun menyerah kepada Belanda.

Ia bersama keluarga dan pengikutnya kemudian dibawa ke Batavia lalu dipindah ke Cianjur untuk diasingkan,

Di Cianjur, Sultan Hidayatullah II berperan dalam menyebarkan agama Islam dan melakukan kegiatan dakwah.

Sultan Hidayatullah II melakukan kegiatan Islam selama di pengasingan hingga ia meninggal dunia pada 24 November 1904.

Sultan Hidayatullah II kemudian dimakamkan di daerah bukit Joglo Cianjur.

 

Referensi:

  • Ikbar, Yanuar. (2014). Menguak Peranan Sultan Hidayatullah. Banjarmasin: Pustaka Banua
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com