Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Shiffin: Penyebab, Kronologi, dan Dampak

Kompas.com - 07/07/2022, 11:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Perang Shiffin adalah pertempuran yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib, Khulafaur Rasyidin keempat, dan Muawiyah I, pendiri Bani Umayyah.

Perang Shiffin terjadi di desa Shiffin, Suriah, dan merupakan bagian dari Perang Saudara Islam I (656-661).

Penyebab konflik Perang Shiffin adalah pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan oleh pemberontak Mesir.

Perang ini berlangsung selama tiga hari, yakni antara 26-28 Juli 657.

Perang Shiffin diakhiri dengan peristiwa tahkim atau bisa disebut arbitrase, yaitu perundingan untuk mendamaikan dua pihak yang bersengketa dengan bantuan penengah.

Baca juga: Perang Jamal, Pertempuran antara Ali bin Abi Thalib dan Aisyah

Penyebab Perang Shiffin

Setelah pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan pada 656, Ali bin Abi Thalib yang merupakan sepupu dan menantu Nabi Muhammad, diangkat menjadi khalifah yang baru.

Namun, pengangkatan Ali sebelum penyelesaian kasus pembunuhan Utsman ditentang oleh beberapa pihak, salah satunya Muawiyah I.

Muawiyah I adalah gubernur Suriah sekaligus sama-sama dengan Utsman berasal dari Bani Umayyah.

Perang Shiffin terjadi karena Muawiyah I menolak membaiat Ali, yang dituding gagal menemukan pembunuh Utsman.

Untuk menghindari pertumpahan darah, Khalifah Ali mengirim Jarir sebagai utusannya ke Suriah.

Namun, Jarir melaporkan bahwa Muawiyah hanya akan mengakui Ali sebagai khalifah setelah para pembunuh Utsman tertangkap.

Baca juga: Biografi Ali bin Abi Thalib, Anak Asuh Nabi Muhammad

Kronologi

Dalam perang ini pihak Muawiyah I dipimpin oleh Amr bin Al-Ash, sementara yang memimpin Perang Shiffin dari kubu Ali adalah Malik bin Al-Harith.

Dari Damaskus, Muawiyah I memboyong 120.000 pasukan. Sedangkan pihak Ali berkekuatan sekitar 90.000 prajurit.

Dua kubu ini bertemu di Shiffin, Suriah, dan akhirnya pecah pertempuran pada 26 Juli 657.

Ali terjun langsung ke medan perang bersama Malik bin Harith untuk memimpin pasukannya.

Sedangkan Muawiyah hanya mengawasi dari tempatnya dan membiarkan Amr bin Al-Ash memimpin pertempuran.

Pada awalnya, kubu Muawiyah sempat unggul hingga Amr hampir berhasil membunuh Ali. Namun, pada akhirnya, pasukan Ali mulai bangkit dan keadaan berbalik.

Baca juga: Biografi Muawiyah I, Pendiri Dinasti Bani Umayyah

Malik bin Harith melakukan serangan besar-besaran yang hampir membuat Muawiyah melarikan diri.

Setelah pertempuran berlangsung selama tiga hari, pihak Muawiyah khawatir akan mengalami kekalahan, sehingga menyarankan untuk melakukan arbitrase.

Hanya dalam waktu tiga hari, pihak Muawiyah kehilangan sekitar 45.000 pasukan, dan 25.000 dari kubu Ali.

Perang Shiffin diakhiri dengan peristiwa tahkim, di mana pihak Khulafaur Rasyidin mengirim Abu Musa al-Asy'ari sebagai perwakilan, sementara Amr mewakili pihak Muawiyah I.

Hasilnya, pembunuhan Utsman dinyatakan tidak adil dan Ali menerima semua persyaratan dari Muawiyah untuk mengakhiri perang.

Baca juga: Utsman bin Affan, Khulafaur Rasyidin Pemilik Dua Cahaya

Dampak Perang Shiffin

Banyak dari pihak Ali bin Abi Thalib yang kecewa dan berselisih setelah peristwa tahkim karena merasa upaya mereka selama ini sia-sia.

Akhirnya, muncul kelompok baru yang radikal dan dikenal sebagai Khawarij. Kelompok ini memusuhi Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah I.

Sementara itu, setelah pembunuhan Ali pada 661 oleh pihak Khawarij, Muawiyah I menyatukan kekhalifahan Islam dengan mendirikan Kekhalifahan Bani Umayyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com