Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi J Leimena, Menteri Kesehatan Penggagas Puskesmas

Kompas.com - 15/06/2022, 10:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Menjadi dokter

Pada 1930, Leimena mulai bekerja di Centraal Burgerlijke Ziekenhuis (sekarang RS Cipto Mangunkusumo).

Saat itu, ia ditugaskan di Kedu, setelah Gunung Merapi meletus pada 1930, dan bertahan selama satu tahun.

Setelah itu, Leimena dipindahkan ke RS Zending Imanuel, Bandung. Pada 1936, ia mulai diberi tanggung jawab untuk melatih perawat-perawat baru.

Leimena juga bekerja sama dengan sejumlah bidan dan klinik yang beroperasi di sekitar rumah sakit.

Sembari bekerja di RS Zending, ia masih memperhatikan pendidikannya dengan sekolah di Geneeskundige Hoogeschool di Batavia, hingga lulus pada 1939 sebagai dokter spesialis penyakit hati.

Pada 1941, Leimena ditugaskan di Purwakarta, sebagai kepala Rumah Sakit Banyu Asin.

Baca juga: Kariadi, Dokter yang Gugur di Pertempuran Lima Hari Semarang

Saat itu, Jepang mulai masuk ke Indonesia, tetapi Leimena masih diperbolehkan bekerja.

Namun, pada 1943, Leimena ditahan oleh tentara Jepang karena pertemanannya dengan Amir Sjarifuddin, yang dikenal sebagai tokoh yang mengkritik pendudukan Jepang di Indonesia.

Selain itu, penyebab lain Leimena ditahan oleh tentara Jepang karena merawat tentara Belanda.

Leimena ditahan selama enam bulan dan baru dibebaskan setelah merawat perwira Jepang yang terjangkit malaria.

Begitu dibebaskan, Leimena dipindahkan dari Purwakarta ke Tangerang dari 1943 hingga 1946.

Era kemerdekaan

Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, Leimena masih bekerja di Tangerang.

Baca juga: Mengapa Harus Ada Proklamasi?

Di Tangerang, terjadi peristiwa Lengkong, yakni sebuah perang antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melawan sisa-sisa tentara Jepang pada 25 Januari 1946.

Dalam peristiwa tersebut, Leimena merawat korban yang berjatuhan, yang membuatnya bertemu dengan Presiden Soekarno, yang sedang menjenguk korban.

Pada Maret 1946, Leimena diundang ke Jakarta oleh Presiden Soekarno dan diangkat menjadi Menteri Muda Kesehatan dalam Kabinet Sjahrir II.

Selain menjabat sebagai menteri, Leimena juga berperan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui jalur diplomasi.

Leimena ditugaskan dalam berbagai perundingan, seperti Perundingan Linggarjati (1946), Perundingan Renville (1948), Perundingan Roem-Royen (1948), dan Konferensi Meja Bundar pada 1949.

Baca juga: Mengapa Bangsa Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan dengan Diplomasi?

Menggagas Puskesmas

Ketika menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Leimena menggagas apa yang disebut dengan Bandung Plan pada 1950.

Bandung Plan merupakan suatu sistem di mana pada setiap kecamatan hingga pedesaan akan memiliki sebuah rumah sakit atau klinik kesehatan.

Sebelumnya, sistem tersebut sudah dilakukan oleh Leimena ketika bekerja di RS Zending Imanuel, Bandung.

Namun, di era Leimena menjadi Menteri Kesehatan, sistem Bandung Plan gagal diterapkan pada seluruh wilayah Indonesia karena kurangnya anggaran dan minimnya dokter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com