KOMPAS.com - Kariadi merupakan seorang dokter sekaligus pejuang Indonesia yang gugur dalam Pertempuran Lima Hari, Semarang.
Sewaktu Pertempuran Lima Hari berlangsung, Kariadi diminta oleh pimpinan Rumah Sakit Purusara untuk memeriksa tandon air Reservoir Siranda, karena kabarnya Jepang menebarkan racun di sana.
Begitu menerima perintah dari pimpinan rumah sakit, Kariadi segera berangkat. Namun, di tengah perjalanan menuju Reservoir Siranda, mobil yang ditumpanginya dicegat tentara Jepang.
Kariadi pun ditembak secara keji oleh tentara Jepang.
Namanya kini diabadikan menjadi nama rumah sakit umum pusat (RSUP) di Semarang.
Baca juga: Pertempuran Lima Hari di Semarang
Kariadi lahir di Kota Malang, 15 September 1905.
Ia mengenyam pendidikan pertamanya di Hollandsch Inlandsche School (HIS) atau sekolah Belanda untuk bumiputera di Malang dan ditamatkan di HIS Surabaya tahun 1920.
Tahun 1921, Kariadi masuk ke sekolah Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) atau sekolah kedokteran untuk pribumi di Surabaya.
Kariadi menempuh pendidikan di NIAS selama 10 tahun, lulus tahun 1931.
Setelah lulus dan mendapat gelar dokter, Kariadi langsung bekerja sebagai asisten dr Soetomo di Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ) di Surabaya.
Ia bekerja dengan dr Soetomo selama tiga tahun sebelum akhirnya dipindahtugaskan ke Manokwari, Papua.
Kariadi menjalani masa dinasnya di Manokwari selama tiga tahun.
Setelah masa tugas Kariadi di Manokwari selesai. ia kembali dipindahkan ke Kroya, Banyumas.
Baru berjalan selama dua tahun, Kariadi sudah ditugaskan lagi ke luar Jawa, yaitu ke Martapura, Kalimantan Selatan.
Kariadi bertugas di Martapura sampai tanggal 15 Mei 1942.