Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sunan Muria, Wali Songo Termuda dan Penggagas Ajaran Meruwat Bumi

Kompas.com - 31/05/2022, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga yang juga menjadi salah satu Wali Songo.

Dikenal sebagai Wali Songo termuda, Sunan Muria aktif berdakwah di Jawa Tengah, khususnya di Gunung Muria, yang berjarak sekitar 18 kilometer dari Kota Kudus.

Saat ini, lokasi tempat Sunan Muria berdakwah masuk dalam wilayah Desa Colo, Kecamatan Gawe, Kudus, Jawa Tengah.

Di tempat itu juga makam Sunan Muria berada. Semasa menyebarkan Islam, Sunan Muria banyak memberikan ajaran kepada masyarakat umum, salah satunya adalah ajaran meruwat bumi untuk melestarikan lingkungan.

Baca juga: Wali Songo dan Wilayah Penyebarannya

Awal kehidupan

Sunan Muria lahir pada sekitar tahun 1450. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh, yang merupakan putri dari Syekh Maulanan Ishaq.

Nama asli Sunan Muria adalah Raden Umar Said. Terkait nama, ada beberapa catatan sejarah yang juga menyebut bahwa namanya Raden Prawoto dan Raden Amir.

Sedari kecil, Sunan Muria sudah diajari tentang agama Islam oleh sang ayah, yang dikenal sebagai Wali Songo yang berdakwah di Cirebon, Jawa Barat.

Selain Sunan Kalijaga, Ki Ageng Ngerang juga tercatat sebagai guru Sunan Muria.

Dalam sebuah catatan, Sunan Muria diketahui menikahi Dewi Roro Noyorono, putri dari Ki Ageng Ngerang.

Keterangan lain juga menyebut bahwa istri Sunan Muria bernama Dewi Sujinah, yang tidak lain adalah adik Sunan Kudus sekaligus putri Sunan Ngudung.

Dengan begitu, Sunan Muria diketahui sebagai Wali Songo termuda yang merupakan putra Sunan Kalijaga sekaligus adik ipar Sunan Kudus.

Baca juga: Wali Songo dan Nama Aslinya

Strategi dakwah Sunan Muria

Sebagai anggota termuda Wali Songo, Sunan Muria lebih senang tinggal di pelosok daerah yang jauh dari pusat perkotaan dalam menjalankan dakwahnya.

Berbagai strategi dakwah dilakukan Sunan Muria, salah satunya adalah bergaul bersama rakyat jelata sembari mengajarkan beragam keterampilan, seperti bercocok tanam, berdagang, serta kesenian.

Dalam dakwahnya, Sunan Muria tetap merangkul tradisi dan budaya masyarakat setempat sembari menyesuaikannya dengan ajaran Islam.

Salah satu tradisi yang diubah oleh Sunan Muria adalah bancakan (selamatan), yang diubah menjadi kenduri untuk mengirim doa kepada para leluhur melalui doa-doa Islam.

Seperti ayahnya, Sunan Kalijaga, Sunan Muria juga menyebarkan Islam dengan gamelan serta wayang.

Sunan Muria diketahui ahli dalam menyampaikan kisah agama Islam dengan cara yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat.

Salah satu kisah pewayangan yang kerap disampaikan oleh Sunan Muria dalam dakwahnya adalah Topo Ngeli, yang berarti menghanyutkan diri dalam masyarakat.

Kisah itu sebelumnya juga pernah diceritakan oleh Sunan Kalijaga. Dalam perjalanan dakwahnya, Sunan Muria juga menciptakan karya.

Karya Sunan Muria adalah Tembang Macapat, tepatnya Sinom dan Kinanthi.

Baca juga: Moh Limo, Ajaran Dakwah Sunan Ampel

Ajaran Meruwat Bumi

Sunan Muria merupakan Wali Songo yang sangat memperhatikan kelestarian lingkungan.

Oleh sebab itu, Sunan Muria mengajarkan masyarakat untuk meruwat atau merawat bumi.

Adapun beberapa ajaran Sunan Muria dalam Meruwat Bumi di antaranya:

  • Tradisi Guyang Cekathak (tradisi meminta hujan)
  • Buah Parijoto (ziarah ke makam Sunan Muria)
  • Tembang Macapat Sinom Parijotho (tembang ciptaan Sunan Muria)

Wafat

Sunan Muria wafat pada tahun 1551. Makamnya berada di lereng Gunung Muria, Kecamatan Colo, 18 kilometer dari Kota KUdus.

Di sekitar makamnya, ada 17 makam prajurit dan abdi dalem yang dipercaya sebagai pengawalnya.

 

Referensi:

  • Sunyoto, Agus. (2016). Atlas Walisongo. Depok: Pustaka Iman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com