Sementara dalam komunikasi sehari-hari, bangsa Asyur menggunaan bahasa Assyria, yang merupakan campuran dari dialek Timur Aram.
Di bidang agama, pada awalnya, orang-orang Asyur menganut kepercayaan terhadap banyak dewa atau politheisme.
Dewa tertinggi dalam sistem kepercayaan orang Asyur adalah dewa Matahari, yang bernama Dewa Assur.
Dalam perkembangannya hingga era modern, bangsa Asyur banyak yang menganut agama Kristen.
Bangsa Asyur memiliki mata pencarian pokok sebagai petani dan peternak, yang menghasilkan gandum, minyak zaitun, anggur, dan sayur-sayuran.
Baca juga: Kebudayaan Hellenistik: Perkembangan dan Bentuk Budaya
Salah satu peninggalan bangsa Asyur adalah kota mereka yang tersembunyi di tumpukan puing selama ribuan tahun.
Selain itu, ada beberapa peninggalan dari peradaban bangsa Asyur, seperti relief batu, banteng batu besar, dan berbagai ukiran bergambar dewa-dewi.
Salah satu peninggalan bangsa Asyur yang megah dan terkenal adalah Ziggurat, yang berupa bangunan kuil dari struktur bata masif yang berada di bekas wilayah Mesopotamia.
Ziggurat memiliki tinggi rata-rata sekitar 50 meter dengan lima tingkat dan kuil utamanya berada di puncaknya.
Ciri khas peninggalan bangsa Asyur adalah sebagai berikut.
Baca juga: Bangsa Slavia: Sejarah, Agama, dan Persebaran
Mayoritas orang Asyur yang berasal dari Irak, tenggara Turki, barat laut Iran, dan timur laut Suriah masa kini telah bermigrasi ke Amerika Serikat, Levant, Eropa, Rusia, Australia, dan Kaukasus.
Migrasi orang-orang Asyur dipicu oleh peristiwa-peristiwa seperti Genosida Asiria oleh Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I, Pembantaian Simele di Irak (1933), Revolusi Iran (1979), kebijakan-kebijakan Baathisme Nasionalis Arab di Irak dan Suriah, serta kampanye al-Anfal dari Saddam Hussein.
Kemudian, Perang Irak (2003) dan Perang Saudara Suriah (2011) juga membuat komunitas orang Asyur terpaksa mengungsi.
Pasalnya, orang-orang Asyur tersebut banyak yang mendapatkan penganiayaan etnis dan keagamaan oleh kaum ekstremis.
Referensi: