Pada era Dinasti Umayyah, beberapa seniman kaligrafi Islam mulai tidak puas dengan seni kaligrafi Al-Kufi.
Para penulis khat era Dinasti Umayyah kemudian mengembangkan seni kaligrafinya sendiri yang melahirkan model Tumar, Jalil, Nisf, Suluts, dan Sulutsain.
Di Era Dinasti Umayyah, muncul beberapa nama seniman kaligrafi, salah satunya adalah Qutbah Al-Muharrir.
Sementara itu, di Era Dinasti Abbasiyah (750-1261), perkembangan seni kaligrafi semakin pesat dengan munculnya beberapa nama seniman kaligrafi, seperti Al Dahhak bin Dajlan dan Ibn Muqlah.
Ibn Muqlah berperan besar dalam pengembangan geometrikal pada kaligrafi, yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku, yaitu titik, huruf Alif, dan lingkaran.
Baca juga: Seni Kontemporer: Sejarah, Tokoh, Ciri-ciri, dan Contohnya
Sementara di Indonesia, seni kaligrafi dikembangkan bersamaan dengan masuknya agama Islam.
Masuknya agama Islam ke Indonesia juga menyebabkan penyebaran aksara Arab di kalangan masyarakat.
Pada abad ke-12, muncul kreativitas seni memahat dalam pembuatan kaligrafi dengan berbagai gaya dan ciri yang khas.
Kemudian, antara abad ke-16 hingga abad ke-19, corak pahatan kaligrafi mulai diambil dari kalimat-kalimat tauhid.
Salah satu contohnya adalah pada makam kuno di Gowa-Tallo, Bima, Ternate, dan Tidore.
Sedangkan pada abad ke-20, seni kaligrafi Indonesia mulai berubah sifatnya, yakni untuk kegiatan rekreasi seniman dengan memanfaatkan berbagai media, seperti kertas, kayu, logam, dan kaca.
Baca juga: Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
Referensi: