Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Sulthoni Wotgaleh: Sejarah, Mitos, dan Sosok Pangeran Purbaya

Kompas.com - 25/03/2022, 17:00 WIB
Febi Nurul Safitri ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masjid Sulthoni Wotgaleh merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Masjid ini berada di kawasan militer TNI Angkatan Udara, tepatnya di Mereden, Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.

Masjid Sulthoni Wotgaleh tidak hanya digunakan untuk beribadah, tetapi telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh Bupati Kabupaten Sleman. 

Oleh karena itu, masjid ini kerap dikunjungi oleh wisatawan dan peziarah, khususnya setiap Senin Kliwon.

Pasalnya, di kompleks masjid ini juga terdapat makam Pangeran Purbaya, panglima Mataram yang sekaligus putra dari pendiri Kerajaan Mataram Islam.

Baca juga: Masjid-masjid Peninggalan Kerajaan Islam dan Ciri-cirinya

Arsitektur Masjid Sulthoni Wotgaleh

Masjid Sulthoni Wotgaleh dibangun pada abad ke-17, dan sejak saat itu telah mengalami beberapa kali renovasi, antara lain pada 1979, 2010, 2012, dan 2015.

Nama Wotgaleh sendiri berasal dari kata wot ing penggalih, yang artinya jembatan hati menuju ketenteraman.

Arsitekturnya mirip Masjid Agung Demak dan masuk dalam kategori bangunan cagar budaya bernuansa religi.

Oleh karena itu, setiap renovasi harus mendapat izin dari Pengageng Sriwandowo Keraton Yogyakarta, selaku pemilik, dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, sebagai pihak berwenang.

Sebagai bangunan cagar budaya, renovasi masjid tidak diperkenankan mengubah bentuk aslinya yang berbentuk limasan.

Baca juga: Gaya Arsitektur Bangunan Masjid di Indonesia

Pangeran Purbaya

Di kawasan Masjid Wotgaleh terdapat Makam Pangeran Purbaya, putra Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam.

Pangeran Purbaya, yang memiliki nama kecil Raden Damar atau dikenal sebagai Joko Umbaran, adalah putra Panembahan Senopati dan Rara Lembayung, putri dari Ki Ageng Giring.

Pangeran Purbaya dikenal sebagai seorang putra raja yang pemberani dan dijuluki Banteng Mataram, karena kiprah hebatnya di medan perang melawan penjajah Belanda.

Konon, Pangeran Purbaya kebal terhadap senjata apa pun dan hanya dapat dilukai ketika terkena kotoran yang bersifat najis.

Pangeran Purbaya meninggal saat mempertahankan Keraton Plered dari serangan Karaeng Galesong dan Trunojoyo, yang memberontak pada 1677.

Biasanya, banyak peziarah datang untuk memperingati hari kelahiran dan kematian Pangeran Purbaya.

Baca juga: Panembahan Senopati, Pendiri Kerajaan Mataram Islam

Mitos makam Wotgaleh

Selain makam keluarga Pangeran Purbaya, di sekitar Masjid Sulthoni Wotgaleh juga terdapat makam keluarga Sultan Hamengkubuwono II dan IV.

Alhasil, area masjid dan pemakaman ini pun tidak luput dari mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat setempat.

Adapun salah satu mitos paling terkenal tentang kawasan masjid ini adalah, jika ada pesawat yang melintasi kawasan masjid dan makam, maka pesawat itu akan jatuh.

Seperti diketahui, makam ini berada di sebelah selatan Bandara Adisucipto Yogyakarta. Bahkan, burung pun bisa jatuh jika terbang di atasnya.

Insiden pesawat jatuh di dekat Masjid Sulthoni Wotgaleh pun telah terjadi beberapa kali.

Sampai saat ini, Makam Wotgaleh dikenal dengan kesakralannya. Sehingga, pengunjung yang memasuki tempat ini dilarang melakukan hal-hal di luar etika dan norma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com