KOMPAS.com - Uni Soviet merupakan negara adidaya yang menjadi pusat aliansi negara komunis Blok Timur selama Perang Dingin.
Bahkan pada masanya, Uni Soviet memiliki wilayah kekuasaan terbesar di dunia. Namun, kekuasaan itu hanya berlangsung sejak 1947 hingga 1991.
Salah satu penyebab runtuhnya Uni Soviet adalah kemerosotan ekonomi yang terjadi pada 1980-an.
Kemerosotan ekonomi tersebut berdampak negatif terhadap beberapa aspek kehidupan di Uni Soviet.
Sebenarnya, pemimpin terakhir Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, sempat mencanangkan kebijakan Glasnost dan Perestroika untuk memperbaiki pemerintahannya.
Namun, dua kebijakan tersebut justru menyebabkan situasi di Uni Soviet semakin tidak stabil dan akhirnya runtuh pada 1991.
Lantas, bagaimana kebijakan Glasnost dan Perestroika bisa menyebabkan runtuhnya Uni Soviet?
Baca juga: Uni Soviet: Sejarah, Ekonomi, dan Pembubaran
Kebijakan Glasnost dilaksanakan sejak 1980-an, saat Mikhail Gorbachev masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet saja.
Kebijakan ini diberlakukan oleh Mikhail Gorbachev sebagai respons atas kemerosotan ekonomi dan politik yang dialami oleh Uni Soviet saat itu.
Dalam bahasa Rusia, Glasnost memiliki makna keterbukaan dan transparansi. Slogan inilah yang kemudian dikumandangkan oleh Mikhail Gorbachev.
Glasnost adalah kebijakan keterbukaan pada semua bidang di institusi pemerintahan Uni Soviet, termasuk kebebasan informasi.
Kebijakan ini dilaksanakan untuk mengurangi korupsi yang dilakukan oleh para pejabat yang memegang tampuk pemerintahan Uni Soviet.
Selain itu, Glasnost juga memiliki tujuan untuk memerangi berbagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan oleh para pemegang kekuasaan di Partai Komunis maupun pemerintahan.
Baca juga: Hubungan Situasi Politik di Uni Soviet dengan Reunifikasi Jerman
Akibat kebijakan ini, media di Uni Soviet pun mulai berani memberitakan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh negara, baik di bidang ekonomi ataupun politik, yang sebelumnya selalu ditutupi oleh pemerintah.
Selain itu, kebijakan Glasnost berdampak terhadap berkembangnya nasionalisme dan kebebasan bagi masyarakat Uni Soviet.
Selain Glasnost, Uni Soviet yang sedang mengalami kemerosotan juga memberlakukan kebijakan Perestroika.
Perestroika adalah rancangan kebijakan yang bertujuan untuk mereformasi birokrasi dan ekonomi Uni Soviet yang mengalami kemerosotan.
Dalam rancangannya, Perestroika berusaha untuk meningkatkan otonomi daerah di Uni Soviet yang sangat luas.
Baca juga: Bolshevik, Cikal Bakal Partai Komunis Uni Soviet
Dengan adanya kebijakan Perestroika, Uni Soviet berusaha untuk mengurangi cengkeraman kebijakan ekonomi yang terpusat.
Selain itu, pelaksanaan Perestroika juga bertujuan untuk menyaingi Amerika Serikat dan Jepang, yang perkembangannya semakin pesat pada era 1970-an.
Perestroika dianggap sebagai awal mula gerakan demokrasi menuju reformasi di Uni Soviet sebagai akibat kegagalan ekonomi.
Pasalnya, melalui Perestroika, Uni Soviet memisahkan ideologi komunisme untuk pertama kalinya dan menuju realitas keterbukaan.
Namun, pada akhirnya, kebijakan ini berdampak pada munculnya perdebatan politik dan membuka jalan ekonomi kapitalisme baru.
Baca juga: Sejarah Hubungan Rusia dan Ukraina
Konsep perubahan yang dikemukakan oleh Mikhail Gorbachev melalui program Glasnost dan Perestroika ternyata membawa keruntuhan bagi Uni Soviet karena dua kebijakan tersebut justru menimbulkan oposisi dan munculnya sistem kapitalisme baru.
Sistem otonomi Perestroika cepat meruntuhkan Uni Soviet karena berbagai wilayahnya berani memisahkan diri dan menyatakan kemerdekaannya menjadi sebuah negara.
Selain itu, ada beberapa dampak akibat kebijakan yang dikeluarkan oleh Mikhail Girbachev, sebagai berikut.
Referensi: