Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candi Penataran: Sejarah, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Kompas.com - 15/01/2022, 14:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Candi Penataran atau Candi Palah merupakan kompleks candi Hindu Siwa yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Salah satu kompleks candi Hindu termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud.

Candi Penataran dibangun pada masa Kerajaan Kediri, tepatnya periode pemerintahan Raja Srengga (1190-1200) pada sekitar abad ke-12.

Uniknya, Candi Penataran digunakan pada masa Kerajaan Majapahit, dibuktikan dengan keterangan di Kitab Negarakertagama.

Dalam Kitab Negarakretagama, candi ini disebut Candi Palah, yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam perjalanannya keliling Jawa Timur.

Baca juga: Candi Cangkuang: Sejarah, Fungsi, dan Bentuk Bangunan

Sejarah Candi Penataran

Para ahli arkeologi meyakini bahwa Candi Penataran dulunya dinamakan sebagai Candi Palah. Hal  ini didukung dengan narasi pada Prasasti Palah yang berangka 1194.

Tujuan dibangunnya Candi Penataran adalah sebagai candi gunung untuk upacara pemujaan guna menangkal bahaya Gunung Kelud.

Fungsi Candi Penataran sebagai tempat ibadah juga masih digunakan pada masa Raja Hayam Wuruk dari Majapahit.

Hal ini seperti diceritakan dalam Kitab Negarakretagama, bahwa Raja Hayam Wuruk pernah mengunjungi Candi Penataran untuk melakukan pemujaan terhadap Hyang Acalapat (perwujudan Siwa sebagai Girindra atau Dewa Penguasa Gunung).

Nama Girindra yang disebut dalam Negarakretagama mirip dengan gelar Ken Arok saat menjadi Raja Singasari.

Hal itu menimbulkan perdebatan di kalangan ahli bahwa Candi Penataran adalah tempat pendharmaan atau perabuan Ken Arok.

Baca juga: Ken Arok: Asal-usul, Pengkhianatan, dan Akhir Hidup

Pasalnya, Girindra merupakan nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain Rajasa dan Wardhana.

Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok.

Pada 1286, dibangun Candi Naga di kompleks Candi Penataran oleh penguasa terakhir Singasari, yaitu Raja Kertanegara.

Setelah runtuhnya Singasari, Candi Penataran tidak terawat. Baru pada masa pemerintahan Jayanegara, raja kedua Majapahit, candi ini kembali mendapatkan perhatian.

Pada periode Kerajaan Majapahit, Candi Penataran bahkan diresmikan sebagai candi negara yang diketahui kerap dikunjungi Raja Hayam Wuruk.

Sedangkan dalam catatan Sunda abad ke-15 yang merekam perjalanan bangsawan Kerajaan Sunda bernama Bujangga Manik, Candi Palah disebut sebagai tempat belajar agama dan ziarah.

Dalam catatannya, Bujangga Manik sempat tinggal sekitar setahun, kemudian pergi karena candi bercorak Hindu ini dimanfaatkan para peziarah untuk kebutuhan duniawi.

Setelah sekian lama tidak terawat, pertama kali Candi Penataran ditemukan oleh Thomas Stamford Raffles pada 1815.

Baca juga: Candi Arjuna: Sejarah dan Fungsinya

Kompleks bangunan

Kompleks bangunan Candi Penataran menempati area tanah seluas hampir 13.000 meter persegi yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu halaman tengah, depan, dan belakang, yang dipisahkan oleh dua dinding.

Susunan bangunan yang sangat unik dan tidak tersusun simetris membuktikan bahwa pembangunan kompleks candi ini terjadi tidak dalam satu periode.

Halaman depan

Di halaman depan terdapat pintu gerbang yang diapit diapit oleh dua Arca Dwarapala sebagai penjaga pintu berangka tahun 1242 Saka atau 1320 M.

Pada halaman ini terdapat beberapa bangunan, seperti Bale Agung, pendopo teras, dan Candi Candra Sengkala.

Baca juga: Candi Gedong Songo: Sejarah, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

1. Bale Agung

Lokasi Bale Agung terletak di bagian barat laut halaman depan, posisinya sedikit menjorok ke depan.

Bangunan seluruhnya terbuat dari batu dengan diding polos yang dilengkapi empat buah tangga.

Adapun fungsi Bale Agung diperkirakan sebagai tempat musyawarah para pendeta.

2. Pendopo teras

Pendopo teras berupa batu berbentuk empat persegi panjang yang berada di sebelah tenggara Bale Agung.

Bangunan berangka tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi ini diperkirakan digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sesaji dalam upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan bangsawan lainnya.

Pada dinding pendopo teras terdapat relief-relief yang menceritakan berbagai kisah, di antaranya adalah cerita Bubhuksah dan Gagang Aking (Bela-belu dan Dami Aking), Sang Satyawan, dan Sri Tanjung.

Baca juga: Kisah Roro Jonggrang, Legenda di Balik Candi Prambanan

3. Candi Candra Sengkala

Masyarakat Jawa Timur mengenal Candi Candra Sengkala dengan sebutan Candi Brawijaya.

Selain itu, ada pula yang menyebut candi berangka tahun 1291 Saka atau 1369 M ini sebagai Candi Ganesha, karena di dalam biliknya terdapat sesosok arca Ganesha.

Lokasi candi ini berada di sebelah tenggara bangunan pendopo teras, di mana di sebelah kirinya terdapat arca wanita yang ditafsirkan sebagai perwujudan Gayatri Rajapatni.

Halaman tengah

Memasuki halaman kedua dari Candi Penataran, terdapat dua buah arca Dwarapala dalam ukuran yang lebih kecil daripada di pintu masuk candi.

Dwarapala ini terpahat angka tahun 1214 Saka atau 1319 Masehi, setahun lebih tua dibanding Dwarapala di pintu masuk.

Halaman tengah atau halaman kedua ini terdapat Candi Naga dan fondasi bata yang terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh tembok bata.

Baca juga: Candi Sumberjati: Sejarah Berdirinya, Letak, dan Fungsi

1. Candi Naga

Penampakan Candi Naga saat ini hanya tersisa bagian kaki dan badan dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter, dan tinggi 4,70 meter.

Penamaan Candi Naga diambil dari sekeliling tubuh candi yang berhiaskan lilitan naga dan disangga tokoh-tokoh berbusana seperti raja sebanyak sembilan buah.

Selain itu, masing-masing dinding tubuh candi dihiasi dengan relief-relief buatan yang disebut dengan motif medalion.

2. Fondasi bata

Di halaman tengah terdapat sebuah fondasi dari bata yang diperkirakan sebagai pintu masuk.

Pada bagian sudut barat halaman ini, terdapat sekumpulan ambang pintu yang terlepas dari bangunan aslinya dan dua arca Dwarapala berangka tahun 1242 Saka, yang terletak di pintu masuk ke halaman ketiga dan mungkin bekas sebuah gapura paduraksa.

Baca juga: Candi Ijo: Sejarah, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Halaman belakang

Halaman belakang dianggap sebagai tempat paling sakral yang di dalamnya terdapat bangunan candi utama dan Prasasti Palah.

1. Candi utama

Candi induk terdiri dari tiga teras tersusun dengan tinggi 7,19 meter. Pada masing-masing sisi tangga terdapat dua arca Mahakala yang berangka tahun 1269 Saka atau 1347 M.

Di sekeliling dinding candi pada teras pertama terdapat relief Cerita Ramayana.

Selain itu ada pula sebuah candi kecil dari batu yang oleh orang Belanda dulu dinamakan bathara kecil. Tampaknya, candi inilah yang mulanya dibuat bersamaan dengan Prasasti Palah melalui upacara pratistha.

Di belakang bangunan candi ini juga terdapat sebuah kolam berangka tahun 1337 Saka atau 1415 Masehi.

Baca juga: Perbedaan Candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur

2. Prasasti Palah

Prasasti Palah adalah prasasti berangka tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi yang dibuat oleh Raja Srengga dan ditemukan di halaman Candi Penataran.

Pada prasasti ini diterangkan kebahagiaan Kertajaya karena selamat dari bencana.

Rasa senangnya tersebut kemudian dicurahkan dengan membangun prasasti yang tertulis dalam sebuah linggapala oleh Mpu Amogecwara atau disebut pula Mpu Talaluh.

 

Referensi:

  • Lestari, Garsinia. (2016). Mengenal Lebih Dekat: Candi Nusantara. Jakarta: Pacu Minat Baca.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com