KOMPAS.com - Dinasti Mamluk merupakan salah satu wangsa yang berpengaruh terhadap peradaban Islam.
Bahkan, para ahli mengakui pengaruh mereka begitu terasa antara paruh kedua abad ke-13 hingga awal zaman modern.
Kata "Mamluk" adalah bahasa Arab yang artinya budak yang ditawan, tetapi tidak dengan orangtuanya.
Meski berasal dari bangsa budak, mereka tercatat sebagai dinasti yang mampu menghentikan laju kekuasaan Mongol ke Suriah dan menghalau kehadiran Tentara Salib di Palestina ataupun sepanjang pantai Suriah.
Baca juga: Dinasti Seljuk, Pendiri Kekaisaran Islam Pertama di Turki
Pendiri Dinasti Mamluk atau Mamalik adalah para budak kulit putih yang awalnya ditawan dan dibeli oleh penguasa Dinasti Ayyubiyah.
Mereka kemudian dididik dan dijadikan tentara di sebuah tempat yang terpisah dari masyarakat.
Penguasa Ayyubiyah terakhir, Al Malik Al Saleh, menjadikan para budak itu sebagai pengawalnya untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya.
Dari situlah, mereka mendapat hak-hak istimewa dalam militer dan mendapatkan imbalan materi.
Ketika Al Malik Al Saleh meninggal pada sekitar 1249 dan digantikan oleh putranya, Turansyah, golongan Mamluk merasa terancam.
Pasalnya, Turansyah lebih dekat dengan tentara asal Kurdi. Maka pada sekitar tahun 1250, bangsa Mamluk di bawah pimpinan Aybak dan Baibars membunuh Turansyah.
Baca juga: Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Setelah itu, istri Al Malik Al Saleh, Syajarah al-Durr, yang berasal dari kalangan Mamluk, berusaha mengambil alih pemerintahan Ayyubiyah.
Syajarah al-Durr pun berhasil mengambil alih pemerintahan selama tiga bulan, sebelum akhirnya menikah dengan pemimpin Mamluk, Aybak, dan menyerahkan kekuasaannya.
Setelah mengambil alih pemerintahan, Aybak membunuh Syajarah al-Durr dan sempat menunjuk Musa, keturunan Ayyubiyah, sebagai penguasa.
Namun, tidak berselang lama, Aybak membunuh Musa dan menandakan bahwa Dinasti Ayyubiyah di Mesir berakhir dan digantikan oleh Dinasti Mamluk.
Beberapa sejarawan menganggap Aybak sebagai pendiri Dinasti Mamluk Bahri sekaligus sultan pertamanya.
Sedangkan sebagian lainnya ada yang menganggap Syajarah al-Durr sebagai penguasa Dinasti Mamluk yang pertama.
Baca juga: Daftar Dinasti yang Pernah Berkuasa di Korea
Dinasti Mamluk terbentuk pada 1250 dan kekuasaannya berakhir pada 1517, ketika dikalahkan oleh Turki Ottoman.
Selama itu, pemerintahan Dinasti Mamluk terpecah menjadi dua fase, yaitu Dinasti Mamluk Bahri (1250-1381) dan Dinasti Mamluk Burji (1382-1517).
Penamaan ini didasarkan pada resimen yang disediakan oleh Al Malik Al Saleh sebelum digulingkan.
Dinasti Mamluk pertama diberi nama Bahri, sesuai dengan nama salah satu resimennya, yaitu resimen Bahriyyah atau Pulau Sungai.
Namanya mengacu pada markas mereka di Pulau Raudhah, yang terletak di tepi Sungai Nil.
Umumnya, Aybak diakui sebagai penguasa pertama Dinasti Mamluk Bahri, yang memerintah dari 1250 hingga 1257.
Setelah Aybak meninggal, pemerintahan Mamluk digantikan oleh anaknya, Ali yang masih muda dengan didampingi oleh wakilnya, Qutuz.
Pada 1259, Ali mengundurkan diri dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Pada masa ini, Baibars, yang tidak menyukai kekuasaan Aybak dan memilih menyingkir ke Suriah, kembali ke Mesir.
Baca juga: Kekaisaran Mongol, Kekaisaran Terbesar Kedua dalam Sejarah
Pada saat Qutuz berkuasa, terjadi serangan pasukan Mongol. Mamluk pun berusaha untuk mengusir Mongol dan bertemu di Ain Jalut pada September 1260.
Di bawah pimpinan Qutuz dan Baibars, Mamluk berhasil mengalahkan Mongol dan mengusirnya dari Mesir.
Kemenangan Mamluk tersebut merupakan kemenangan pertama pasukan Muslim atas Mongol. Mereka sekaligus mematahkan mitos bahwa pasukan Mongol tidak terkalahkan.
Setelah itu, Mamluk menjadi tumpuan umat Islam di sekitarnya, dan para penguasa Suriah pun menyatakan setia kepada mereka.
Pusat pemerintahan kemudian dipindahkan ke Kairo, karena Bagdad luluh lantak oleh pasukan Mongol.
Tidak lama kemudian, Qutuz digulingkan oleh Baibars, yang berhasil membuat Mamluk menjadi dinasti yang kuat karena kekuatan militernya, dan mengalami perkembangan pesat dalam bidang ekonomi.
Baca juga: Kesultanan Utsmaniyah: Sejarah, Sultan, Kejayaan, dan Keruntuhan
Selama memerintah antara 1260 hingga 1277, Baibars pernah mengalahkan Tentara Salib di sepanjang Laut Tengah dan Pegunungan Suriah.
Baibars adalah Sultan Mamluk yang terkenal saleh dan sungguh-sungguh dalam menjalankan syariat Islam. Oleh karena itu, ia juga mengangkat empat orang hakim agung yang mewakili empat mazhab besar dalam Islam dan mengatur keberangkatan haji secara sistematis.
Pada periode ini, Kairo menjadi kota penting dan strategis bagi perdagangan Asia Barat dan Laut Tengah dengan pihak Barat, serta menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan.
Selain itu, berbagai fasilitas umum yang berseni tinggi juga dibangun, salah satu yang masih bisa dilihat hingga saat ini adalah Masjid Rifa'I dan Masjid Sultan Hassan di Kairo.
Baibars memerintah hingga akhir hidupnya pada 1277. Namun, para penguasa setelahnya dapat dikatakan tidak membuat perubahan yang berarti.
Baca juga: Daftar Dinasti yang Pernah Berkuasa di China
Pemerintahan Mamluk Burji diawali dengan berkuasanya Sultan Barquq setelah menggulingkan Sultan Shalih Hajj II dari Mamlik Bahri.
Kendati demikian, tidak ada perubahan mendasar pada pemerintahan Mamluk Bahri dan Mamluk Burji dari segi manapun.
Pada masa Sultan Barquq terjadi serangan dari Timur Lenk, penguasa dan penakluk Turki-Mongol, dan tentaranya yang terkenal kejam.
Setelah Barquq meninggal, Mamluk dipimpin oleh Sultan Al-Nashir Faraj, yang memerintah dari tahun 1399 hingga 1405.
Namun, setelahnya banyak sultan Mamluk Burji yang naik takhta di usia yang masih muda. Hal ini menjadi salah satu penyebab melemahnya dinasti.
Memasuki abad ke-16, para penguasa semakin disibukkan dengan gejolak dan pertentangan yang terjadi dalam bidang militer hingga membuat berbagai sektor lain tidak terurus.
Baca juga: Dinasti Han: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan
Pada awal abad ke-16, terjadi pergolakan di wilayah Syam, Aleppo, dan di selatan Mesir. Selain itu, mulai terjadi perselisihan dengan Turki Utsmani.
Sultan terakhir Dinasti Mamluk Burji adalah Asyraf Tumanbai, yang merupakan seorang pejuang yang gigih.
Akan tetapi, pemerintahannya tidak mendapat dukungan dari golongan Mamluk, sehingga ia harus menghadapi sendiri pasukan Turki Utsmani.
Pada akhirnya, Tumanbai ditangkap pasukan Utsmani dengan bantuan beberapa petinggi Mamluk dan digantung di salah satu gerbang Kota Kairo.
Masa kekuasaan Dinasti Mamluk pun resmi berakhir pada 1517.
Baca juga: Dinasti Yuan: Sejarah, Perkembangan, dan Keruntuhan
Baca juga: Dinasti Joseon: Sejarah, Kehidupan, Raja-raja, dan Penemuan
Referensi: