Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajaan Sanggau: Sejarah, Raja-raja, dan Peninggalan

Kompas.com - 31/12/2021, 08:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerajaan Sanggau adalah kerajaan yang pernah berdiri di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Pendiri kerajaan ini adalah Dara Nante, seorang perempuan bangsawan dari Kerajaan Sukadana, yang juga berada di Kalimantan Barat.

Keturunan Kerajaan Sanggau meyakini bahwa kerajaan ini didirikan pada 7 April 1310. Sedangkan masa kekuasaannya berakhir pada 1949, setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.

Sejarah berdirinya

Sejarah berdirinya Kerajaan Sanggau bermula saat Dara Nante pergi mencari suaminya, Babai Cinga, yang telah lama berpisah.

Setelah menempuh perjalanan menyusuri sungai dan menghadapi beberapa rintangan, Dara Nante beserta rombongannya akhirnya bertemu dengan Babai Cinga di muara Sungai Entabai.

Baca juga: Kerajaan Landak: Sejarah, Pendiri, Raja-raja, dan Keruntuhan

Setelah melepas rindu, Dara Nante meninggalkan suaminya dan pulang kembali ke Sukadana. Namun, dalam perjalanannya, ia berhenti di Kampung Labai Lawai dan mendirikan kerajaan.

Penduduk setempat meyakini bahwa Kerajaan Sanggau didirikan pada 7 April 1310, saat Dara Nante dinobatkan sebagai penguasa pertama di kerajaan itu.

Suatu ketika, Dara Nante menitipkan kekuasaan Sanggau kepada Dakkudak. Namun, karena dianggap gagal setelah terbukti kurang cakap dalam mengambil kebijakan dan tidak mengenal adat istiadat setempat, Dakkudak memilih pergi.

Setelah itu, sejarah Kerajaan Sanggau tidak diketahui secara pasti, barulah pada 1521, keturunan Dara Nante yang bernama Dayang Mas Ratna menjadi pemimpin di Sanggau.

Dayang Mas Ratna inilah yang kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Labai Lawai ke Mengkiang.

Baca juga: Kerajaan Mempawah: Sejarah, Pendiri, Raja-raja, dan Keruntuhan

Bercorak Islam

Pada 1658, Abang Bungsu dinobatkan sebagai Raja Sanggau dengan gelar Sultan Mohammad Jamaluddin Kusumanegara.

Menilik nama raja, dipastikan bahwa Kerajaan Sanggau pada masa ini telah bercorak Islam.

Sultan Mohammad Jamaluddin kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Mengkiang ke tempat yang sekarang menjadi Kota Sanggau.

Setelah itu, pembangunan mulai dilakukan untuk menunjang pemerintahan kerajaan.

Pada 1778, hubungan Kerajaan Sanggau dengan Kesultanan Pontianak mulai retak akibat politik ekspansi yang dilakukan.

Bahkan Pontianak berhasil mencaplok beberapa wilayah Kerajaan Sanggau dan menguasai jalur perdagangan Sungai Kapuas.

Di sisi lain, pada masa Panembahan Usman Paku Negara (1785-1812), Sanggau menjalin hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Sekadau melalui ikatan perkawinan.

Baca juga: Kerajaan Jongkong: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Kedatangan Belanda

Pada masa pemerintahan Panembahan Mohammad Thahir II (1860-1876), Belanda datang ke Sanggau dan meminta Raja Thahir untuk diberikan tempat bagi wakilnya.

Pada awalnya, kedatangan mereka disambut baik. Namun, Belanda segera memanfaatkan kebaikan itu untuk menanamkan pengaruhnya di Kerajaan Sanggau.

Terlebih lagi ketika Panembahan Mohammad Thahir II wafat dan digantikan oleh Panembahan Haji Sulaiman Paku Negara, kekuasaan Belanda semakin kuat.

Hal ini ditandai dengan campur tangan Belanda dalam hal mengangkat, memecat, dan menggantikan kedudukan seorang sultan.

Selain itu, Belanda juga telah memaksakan perjanjian dengan Kerajaan Sanggau.

Baca juga: Kerajaan Sintang: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Raja-raja Kerajaan Sanggau

  • Dara Nante (1310-...)
  • Dakkudak
  • Dayang Mas Ratna (1485-1528)
  • Dayang Puasa atau Nyai Sura (1528-1569)
  • Abang Gani bergelar Pangeran Adipati Kusumanegara Gani (1569-1614)
  • Abang Basun bergelar Pangeran Mangkubumi Pakunegara (1614-1658)
  • Abang Bungsu (Uju) bergelar Sultan Mohammad Jamaluddin Kusumanegara (1658-1690)
  • Abang Kamaruddin bergelar Sultan Akhmad Kamaruddin (1690-1722)
  • Panembahan Ratu Surya Negara bergelar Sultan Zainuddin (1722-1741)
  • Abang Tabrani bergelar Pangeran Ratu Surya Negara (1741-1762)
  • Panembahan Mohammad Thahir I Surya Negara (1762-1785)
  • Pangeran Usman bergelar Panembahan Usman Paku Negara (1785-1812)
  • Panembahan Mohammad Ali Surya Negara (1812-1823)
  • Sultan Ayub Paku Negara (1812-1828)
  • Panembahan Mohammad Kusuma Negara (1812-1860)
  • Panembahan Mohammad Thahir II (1860-1876)
  • Panembahan Haji Sulaiman Paku Negara (1876-1908)
  • Panembahan Gusti Mohammad Ali Surya Negara (1808-1915)
  • Pangeran Gusti Mohammad Said Paku Negara (1915-1921)
  • Panembahan Thahir Surya Negara (1921-1941)
  • Gusti Mohammad Arif (1941-1942)
  • Ade Marhaban Saleh (1942-1944)
  • Panembahan Gusti Ali Akbar (1944-1945)
  • Panembahan Gusti Mohammad Taufik Surya Negara (1945)
  • Pangeran Ratu H. Gusti Arman Surya Negara (2009)

 

Baca juga: Kesultanan Pontianak: Berdirinya, Perkembangan, dan Raja-raja

Runtuhnya Kerajaan Sanggau

Penyerahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang terjadi saat Kerajaan Sanggau diperintah oleh Gusti Muhammad Arif.

Selama memerintah, Gusti Muhammad Arif selalu dicurigai akan melakukan perlawanan terhadap pemerintahan militer Jepang.

Akibatnya, Gusti Muhammad Arif ditangkap dan dibunuh Jepang beserta tokoh-tokoh masyarakat Kalimantan Barat.

Setelah itu, takhta jatuh ke tangan Panembahan Gusti Ali Akbar, yang memimpin Sanggau hingga kemerdekaan Indonesia.

Namun, Belanda kembali datang untuk menguasai. Mereka lantas mengirim utusan ke Sanggau untuk mengganti Panembahan Gusti Ali Akbar dengan Panembahan Gusti Muhammad Taufik.

Pemerintahan Panembahan Gusti Mohammad Taufik bertahan hingga Sanggau diubah menjadi daerah swapraja.

Baca juga: Kerajaan Sekadau: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Pada 2 Mei 1960, pemerintah menghapuskan daerah swapraja dan terjadi serah terima kekuasaan kepada Bupati Sanggau pertama, M. Th. Djaman.

Peristiwa ini mengakhiri riwayat Kerajaan Sanggau karena statusnya berubah menjadi ibu kota Kabupaten Sanggau di Provinsi Kalimantan Barat.

Setelah mati suri selama kurang lebih 49 tahun, pada 26 Juli 2009 Pangeran Ratu H. Gusti Arman Surya Negara dinobatkan sebagai Raja Senggau.

Kendati demikian, Kerajaan Sanggau tidak lagi memiliki kewenangan dalam hal politik dan bersifat adat semata.

Peninggalan Kerajaan Sanggau

  • Istana Surya Negara
  • Naskah kuno berupa dokumen perjanjian yang ditulis tangan
  • Alquran yang berusia sekitar dua abad

 

Referensi:

  • Taniputera, Ivan. (2017). Ensiklopedi Kerajaan-Kerajaan Nusantara: Hikayat dan Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com