Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajaan Pedir: Sejarah, Kehidupan, dan Keruntuhan

Kompas.com - 23/11/2021, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerajaan Pedir termasuk kerajaan tua di Aceh yang pernah menjadi pusat perdagangan dan sangat kaya.

Terletak di kawasan Selat Malaka dan hampir berhadapan langsung dengan Malaka, kerajaan ini begitu makmur berkat sumber-sumber alamnya yang menjadi komoditas perdagangan dunia.

Bahkan pada masa jayanya, Kerajaan Pedir pernah menguasai kerajaan-kerajaan di sekitarnya, termasuk Kerajaan Aceh.

Sejarah awal Kerajaan Pedir

Catatan sejarah mengenai Kerajaan Pedir sangat terbatas dan banyak didapatkan dari berita-berita asing.

Berita-berita asing pun menyebut kerajaan ini dengan sejumlah nama berbeda, seperti Poli (China) dan Pidie (Portugis).

Fa Hien, seorang penjelajah China yang singgah di Aceh pada awal abad ke-5 menyebut bahwa Poli diperintah oleh raja yang beragama Buddha.

Kemudian pada masa pelayaran dan perdagangan awal, wilayah Aceh, termasuk Pedir, dikenal sebagai penyedia komoditas pokok bagi negeri-negeri di berbagai bealahan dunia.

Para pedagang Arab dan Persia pun semakin membanjiri perairan Aceh untuk mendapatkan berbagai jenis rempah dan kekayaan bumi lainnya.

Berita awal abad ke-16 M dari Tome Pires mengatakan bahwa di Sumatera, terutama di sepanjang pesisir Selat Malaka, telah banyak kerajaan Islam, salah satunya Kerajaan Pedir.

Selain Pasai, Pedir juga merupakan sebuah kerajaan dengan hasil alam melimpah dan menjadi pusat perdagangan. Produksi andalannya saat itu adalah lada, sutra, kapur barus, dan emas.

Baca juga: Kerajaan Aceh: Raja-raja, Puncak Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Bersaing dengan Samudera Pasai

Tome Pires mengatakan bahwa Kerajaan Pedir menguasai kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya dan pernah berperang dengan Samudera Pasai.

Peperangan itu mungkin disebabkan oleh persaingan dalam perdagangan, di mana para pedagang lebih sering berlayar ke Pedir dibanding ke Pasai.

Sejarawan Portugis, Joao de Barros, juga memberikan beberapa catatan mengenai kehidupan Kerajaan Pedir.

Dari semua kerajaan di pantai utara Sumatera, Pedir diakui sebagai yang terbesar dan lebih terkenal di kawasannya.

Hal ini karena para pedagang dari Barat ataupun dari Timur bertemu di wilayahnya untuk mencari semua jenis barang pokok.

Beberapa catatan penting mengenai Pedir juga pernah diberikan oleh Ludivico di Varthema, seorang pengembara Italia.

Saat singgah di Pedir pada awal abad ke-16, Varthema melihat 18 sampai 20 kapal bermuatan lada dengan tujuan China setiap tahunnya berangkat dari kerajaan ini.

Bahkan karena bisnis dagangnya sangat ramai, pada salah satu jalannya terdapat 500 tempat penukaran uang yang dicetak dari emas, perak, dan timah.

Selain takjub dengan administrasi peradilan di Pedir yang ketat, Varthema juga mengagumi kemampuan penduduknya dalam membuat kembang api.

Baca juga: Kerajaan Samudera Pasai: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Runtuhnya Kerajaan Pedir

Kerajaan Pedir mulai mengalami kemunduran saat Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511. Pasalnya, para pedagang Islam yang semula singgah di Malaka pindah ke Aceh.

Bahkan pedagang India tidak lagi singgah di Malaka karena Portugis memungut bea cukai yang tinggi dan menjalankan monopoli.

Dampaknya, pelayaran dan perdagangan di Pedir semakin sepi karena para pedagang beralih ke Aceh.

Pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Aceh, Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim, berhasil membawa kerajaannya menjadi besar dan kuat.

Di bawah Sultan Ali Mughayat Syah pula, Aceh mampu menghimpun kekuatan dan melepaskan diri dari Kerajaan Pedir pada 1520.

Kemudian pada 1524, Kerajaan Pedir ditaklukkan dan sejak itu menjadi bawahan Kerajaan Aceh.

Kedekatan hubungan Pedir dengan Portugis disinyalir menjadi penyebab utama tindakan militer Aceh.

 

Referensi:

  • Hadi, Amirul. (2010). Aceh: Sejarah, Budaya, dan Tradisi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com