Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara

Kompas.com - 05/11/2021, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerajaan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai lebih sering disebut sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.

Akan tetapi, sebelum dua kerajaan tersebut didirikan, telah berdiri Kerajaan Jeumpa yang bercorak Islam.

Jeumpa adalah sebuah kerajaan kecil di Aceh yang terletak di Desa Blang Seupeung, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen.

Lantas, bagaimana sejarahnya hingga patut disebut sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara?

Sejarah Kerajaan Jeumpa

Sebelum kedatangan Islam, penduduk di wilayah Kerajaan Jeumpa menganut agama lokal (animisme-dinamisme), yang dipimpin oleh seorang Meurah (maharaja).

Sejak abad ke-7, Jeumpa telah menjalin hubungan dagang dengan China, India, dan negeri jazirah Arab.

Suatu ketika, datanglah seorang pemuda Muslim keturunan Arab-Persia bernama Syahrianshah Salman.

Beberapa sumber sejaarah menyebut bahwa kedatangan Salman adalah dalam rangka pelarian politik akibat pengejaran oleh penguasa Dinasti Umayyah. Untuk menghindari pengejaran, ia memilih daerah pinggiran agar tidak terlalu menyolok.

Karena kecerdasannya, ia menarik perhatian penguasa Jeumpa, yang kemudian mengangkatnya menjadi orang kepercayaan.

Dalam perkembangannya, Salman kemudian dinikahkan dengan putri penguasa Jeumpa bernama Mayang Seludang.

Setelah itu, ia dinobatkan sebagai raja, menggantikan mertuanya, dan wilayah kekuasaannya diberi nama Kerajaan Jeumpa.

Oleh karena itu, Salman juga dikenal dengan nama-nama lainnya, seperti Meurah Jeumpa atau terkadang Ibnu Abdillah, seperti nama ayahnya.

Baca juga: Kerajaan Perlak: Sejarah, Puncak Kejayaan, dan Kemunduran

Kerajaan Islam pertama di Nusantara

Syahrianshah Salman memproklamirkan Kerajaan Islam Jeumpa pada sekitar 777 Masehi.

Dengan begitu, Jeumpa menjadi kerajaan Islam pertama di Nusantara, serta menjadi salah satu pusat Islamisasi paling awal.

Kendati demikian, banyak sejarawan yang meragukannya karena catatan sejarah yang mengulas tentang muncul dan hilangnya kerajaan ini masih diragukan keabsahannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com