Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Susuhunan Pakubuwono VIII, Raja Monogami Pertama dari Mataram

Kompas.com - 17/11/2021, 11:17 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sri Susuhunan Pakubuwono VIII adalah raja Kasunanan Surakarta yang berkuasa antara 1858-1861.

Masa pemerintahannya terbilang sangat singkat dan tidak banyak terjadi gejolak antara kerabat keraton.

Selain itu, Pakubuwono VIII dikenal sebagai raja keturunan Mataram pertama yang hanya memiliki satu istri.

Silsilah Pakubuwono VIII

Lahir pada 20 April 1789, Pakubuwono VIII adalah putra Pakubuwono IV sekaligus kakak dari Pakubuwono VII, tetapi lain ibu.

Ibunya adalah seorang selir bernama Raden Mas Ayu Rantansari, putri Ngabehi Joyokartiko, seorang abdi dalem di Kadipaten Anom.

Pakubuwono VIII memiliki nama kecil Raden Mas Kuseni, kemudian diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hangabehi saat diangkat sebagai pangeran pada 1805.

Ia dikenal memiliki kepribadian menarik, bersahaja, pandai dalam berbagai hal, dan mudah bergaul.

Karena kepribadiannya itu, KGPH Hangabehi dipercaya untuk mengemban tugas-tugas keraton. Terlebih lagi, sang adik, Pakubuwono VII, tidak memiliki keturunan laki-laki.

Baca juga: Sri Susuhunan Pakubuwono X: Biografi dan Kiprahnya

Menjadi raja di usia senja

Ketika Pakubuwono VII wafat, kerabat keraton melakukan urun rembug untuk menentukan pewaris takhta selanjutnya.

Atas kesepakatan bersama, KGPH Hangabehi dipilih sebagai penerus Pakubuwono VII dan diberi gelar Pakubuwono VIII.

Ketika dinobatkan sebagai raja pada 17 Agustus 1858, Pakubuwono VIII telah berusia 69 tahun.

Pemerintahannya dijalankan secara konvensional, yaitu berdasarkan adat, kebiasaan, dan kelaziman dalam kehidupan keraton.

Oleh karena itu, masa pemerintahannya cukup tenang dan tidak banyak gejolak antara kerabat keraton.

Pakubuwono VIII juga akrab dengan berbagai kalangan dan berusaha menjalankan pemerintahannya dengan bijaksana.

Hanya memiliki satu istri

Istri Pakubuwono VIII bernama Bendoro Raden Ayu Ngaisah, putri Kanjeng Pangeran Adipati Purbonegoro yang berkuasa di Kediri.

Adipati Purbonegoro adalah putra Mangkunegoro I, pendiri Kadipaten Mangkunegaran.

Hingga akhir hayatnya, Pakubuwono VIII tidak memiliki istri lagi selain Bendoro Raden Ayu Ngaisah.

Hal ini menjadikan Pakubuwono VIII sebagai raja keturunan Mataram pertama yang tidak melakukan poligami (beristri lebih dari satu).

Pasalnya, raja-raja sebelumnya selalu memiliki permaisuri ditambah beberapa orang selir.

Baca juga: Sri Susuhunan Pakubuwono VII: Biografi dan Kebijakannya

Akhir hidup

Periode kekuasaan Pakubuwono VIII sangat singkat, yakni antara 1858-1861, atau tiga tahun saja.

Pakubuwono VIII wafat pada 28 Desember 1861 dan jenzahnya dimakamkan di Astana Laweyan, Surakarta.

Setelah itu, takhta keraton jatuh ke tangan Raden Mas Suryo Duksina, putra Pakubuwono VI.

 

Referensi:

  • Darmawan, Joko. (2017). Mengenal Budaya Nasional: Trah Raja-Raja Mataram di Tanah Jawa. Yogyakarta: Deepublish.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com