Sementara Mayor Daan Mogot dan Kapten Abe sedang berbincang, sebagian taruna mengambil senjata milik Jepang dan mengangkutnya ke atas truk.
Mayoritas serdadu Jepang percaya bahwa Indonesia yang diwakilkan oleh Resimen IV Tangerang akan melakukan pelucutan senjata atas izin Sekutu.
Saat Kapten Abe dan Mayor Daan Mogot sedang berbincang, tiba-tiba terdengar suara senapan entah dari mana asalnya.
Suara tembakan itu lantas memicu ketegangan di luar, di mana serdadu Jepang yang sebelumnya tenang kini bersiap untuk menyerang.
Para serdadu Jepang mengambil posisi dan segera menembaki para taruna Indonesia.
Mendengar suara baku tembak, Mayor Daan Mogot segera keluar untuk menghentikan serangan.
Namun, peringatan Mayor Daan Mogot tidak dihiraukan.
Para serdadu Jepang terus menembaki para taruna Indonesia.
Bahkan, Mayor Daan Mogot juga menjadi korban.
Baca juga: Kedatangan NICA dan Sekutu Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Selama baku tembak sedang berlangsung, sebagian tentara Indonesia berhasil melarikan diri dan sebagiannya lagi ditawan oleh pihak Jepang.
Tanggal 26 Januari, Resimen IV menghubungi kantor penghubung di Jakarta.
Keesokan harinya, disepakati bahwa Jepang akan membebaskan tawanan dari pihak Indonesia.
Selain itu, para korban yang sudah dikubur seadanya juga akan kembali dimakamkan secara layak.
Baca juga: Tokoh-tokoh Perjuangan Kooperatif Masa Pendudukan Jepang
Pertempuran Lengkong menjadi satu dari rangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang Masa Revolusi Fisik sejak tahun 1945 hingga 1949.
Dalam Pertempuran Lengkong terdapat 37 orang Indonesia yang menjadi korban.
Selain Mayor Daan Mogot, Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo juga turut menjadi korban.
Semua korban yang gugur dalam Pertempuran Lengkong dikebumikan kembali tanggal 29 Januari 1946 di kompleks Markas Resimen IV, sekarang Taman Makam Pahlawan Taruna di Tangerang Selatan.
Untuk mengenang peristiwa dan para pahlawan yang gugur dalam pertempuran Lengkong, setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Bakti Taruna Akademi Militer.
Referensi: