Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Restorasi Meiji: Tokoh, Penyebab, dan Dampak

Kompas.com - 29/10/2021, 15:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Restorasi Meiji adalah suatu peristiwa pada abad ke-19 yang menunjukkan berakhirnya kekuasaan shogun dan dimulainya kekuasaan kaisar di Jepang.

Sejak restorasi ini terjadi, Jepang yang semula menutup diri dari pengaruh asing, berubah menjadi terbuka terhadap segala bentuk kehadiran asing.

Bahkan Restorasi Meiji menjadi titik balik, di mana Jepang segera tumbuh dan berkembang menjadi negara yang maju dan kuat.

Sejak saat itu pula, Jepang berhasil mengikuti jejak Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Jerman, dan Rusia, sebagai negara imperialis.

Penyebab Restorasi Meiji

Jepang merupakan negara dengan bentuk pemerintahan kekaisaran, sehingga secara teoretis pemegang kekuasaan tertinggi adalah kaisar.

Namun dalam praktiknya, sejak abad ke-12, yang memiliki peran dan kekuatan besar dalam menjalankan pemerintahan adalah panglima militer atau shogun.

Sementara kaisar memiliki peran terbatas dalam aktivitas sosial politik, bahkan hanya menjadi semacam simbol.

Baca juga: Sejarah Shogun Jepang

Selama shogun berkuasa, tidak jarang terjadi peperangan dan pemberontakan yang berupaya memulihkan peran kaisar. Konflik semakin memanas saat Keshogunan Tokugawa mulai berkuasa pada 1633.

Pasalnya, dinasti ini menjalankan kebijakan baru yang dikenal dengan nama "sakuku", di mana orang Jepang tidak boleh pergi ke luar negeri, begitu pula sebaliknya.

Upaya menutup diri juga dilakukan dengan melarang peredaran buku-buku berbahasa asing.

Alasan utama penerapan kebijakan sakuku adalah, Tokugawa khawatir Jepang akan mendapatkan pengaruh buruk dan dikuasai oleh pihak asing.

Kebijakan ini terbukti mematikan ekonomi Jepang. Memasuki abad ke-18, timbul kemerosotan ekonomi akibat bencana alam dan korupsi.

Untuk menyiasati kondisi itu, pemerintahan Tokugawa lantas menaikkan pajak kepada petani, yang kemudian menyulut penolakan serta kerusuhan di berbagai daerah.

Dari pihak asing, muncul tekanan agar Jepang kembali membuka diri dan menormalkan hubungan perdagangan dengan negara-negara Barat.

Jepang baru bersedia membuka hubungan ketika armada militer Amerika Serikat yang dipimpin oleh Komodor Matthew Perry berlabuh di negaranya pada 1853.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com