KOMPAS.com - Salah satu barang peninggalan sistem kepercayaan zaman praaksara adalah sarkofagus yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat.
Sarkofagus merupakan kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang umumnya terdapat tonjolan pada ujungnya.
Oleh masyarakat prasejarah, sarkofagus kerap dianggap sebagai "perahu roh", yang akan membawa roh berlayar ke dunia roh.
Untuk melindungi jasad orang yang sudah mati dari gangguan gaib, pada sarkofagus kerap dipahatkan motif topeng dengan berbagai macam ekspresi.
Sarkofagus umumnya terbuat dari batu besar yang utuh kemudian dilubangi hingga berbentuk seperti lesung.
Akan tetapi ada pula yang terbuat dari logam, misalnya yang dibuat oleh bangsa Romawi Kuno.
Di Indonesia, wilayah persebaran sarkofagus cukup luas, yakni di Bali, Tapanuli, Sumba, Minahasa, dan Bondowoso, Jawa Timur.
Heekeren, yang melakukan penelitian megalitik di Jawa Timur, khususnya di Bondowoso, menemukan sebuah sarkofagus di Kretek.
Dinding muka sarkofagus tersebut dihias dengan ukiran binatang berkaki empat dengan ekor menjulur ke atas.
Selain itu, terdapat hiasan berupa seekor burung yang mengangkat cakarnya dan tiga bentuk manusia.
Di daerah Bondowoso lainnya, Heekeren juga menemukan sarkofagus di Kemuningan, Tunggulangin, Nangkaan, Pakisan, dan Tegalsari, dengan ciri-ciri yang beragam.
Sementara penelitian sarkofagus di Bali dilakukan oleh Soejono, dari tahun 1960.
Di Bali, sarkofagus yang ditemukan berisi tulang belulang manusia dan barang-barang bekal kubur yang terbuat dari perunggu, besi, dan manik-manik.
Hingga 2005, telah ditemukan lebih dari 100 buah sarkofagus yang tersebar di seluruh Bali.
Baca juga: Zaman Megalitikum: Peninggalan, Sejarah, Ciri, dan Kepercayaan
Soejono membagi temuan sarkofagus Bali ke dalam tiga tipe, yakni tipe A, tipe B, dan tipe C.
Sarkofagus tipe A meliputi banyak sekali bentuk hingga dapat dibedakan lagi ke dalam enam subtipe.
Sedangkan sarkofagus tipe B dan C jumlahnya sangat terbatas, sehingga tidak dapat diklasifikasikan lagi.
Referensi: