Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapak Perimbas: Fungsi, Ciri-ciri, dan Lokasi Penemuan

Kompas.com - 15/09/2021, 08:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hasil budaya yang khas pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana adalah kapak perimbas.

Kapak perimbas atau chopper adalah peralatan dari batu yang menyerupai kapak genggam, namun ukurannya lebih besar dengan tajaman pada ujungnya berbentuk cembung dan lurus.

Di antara perkakas batu hasil buatan manusia Plestosen, alat ini menjadi salah satu yang paling menonjol di Indonesia.

Tradisi kapak perimbas yang dibuat oleh manusia prasejarah pada Zaman Paleolitikum umumnya masih kasar dan tidak mengalami perubahan dalam waktu yang panjang.

Selain di Indonesia, peralatan ini tersebar luas di wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur.

Di Indonesia sendiri, perkembangannya dimulai kira-kira pada tingkat akhir Plestosen Tengah hingga permulaan Holosen.

Kegunaan kapak perimbas

Fungsi kapak perimbas atau chopper pada masa berburu tingkat sederhana cukup banyak, di antaranya:

  • Merimbas atau memotong kayu
  • Menusuk dan menguliti binatang buruan
  • Memecah tulang
  • Menggali tanah untuk mencari ubi-ubian

Baca juga: Zaman Paleolitikum: Ciri-ciri, Peninggalan, dan Manusia Pendukung

Ciri-ciri kapak perimbas

  • Terbuat dari batu dan belum berbentuk spesifik
  • Teknik pembuatannya masih kasar
  • Bagian yang tajam hanya pada satu sisi
  • Tidak memiliki tangkai
  • Penggunaannya dengan cara digenggam

Lokasi penemuan

Kapak perimbas ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu lokasi yang kaya akan kapak perimbas adalah Punung, Pacitan.

Tradisi kapak perimbas di daerah Punung kemudian dikenal dengan nama Kebudayaan Pacitan.

Penelitian di lokasi tersebut pertama kali dilakukan oleh Von Koenigswald pada 1935.

Hingga saat ini, daerah Punung menjadi lokasi penemuan kapak perimbas terpenting di Indonesia.

Selain di Punung, kapak perimbas juga ditemukan di Lahat (Sumatera Selatan), Kamuda (Lampung), Bali, Flores, Timor, Punung (Pacitan), Jampang Kulon (Sukabumi), Parigi, dan Tambangsawah (Bengkulu).

Para ahli berpendapat bahwa manusia pendukung kebudayaan ini adalah Pithecanthropus atau keturunan-keturunannya.

Pendapat ini sesuai dengan umur Kebudayaan Pacitan yang diduga dari tingkat akhir Plestosen Tengah atau permulaan Plestosen Akhir.

Selain itu, di Gua Choukoutien (China) ditemukan sejumlah fosil manusia jenis Pithecanthropus erectus yang diberi nama Sinanthropus pekinensis.

Alat-alat batu yang ditemukan di gua tersebut mirip dengan peralatan batu di Pacitan.

Baca juga: Kebudayaan Pacitan: Penemu, Peninggalan, dan Persebaran

Tradisi kapak perimbas di Asia Tenggara dan Timur

Tradisi kapak perimbas juga tersebar luas di daerah Asia Tenggara lainnya. Seperti contohnya di Myanmar yang diteliti oleh Helmutt de Terra, Teilhard de Chardin, dan Hallam L. Movius Jr. pada 1937-1938.

Sementara H.R, van Heekeren, sebagai tawanan Perang Dunia II di Thailand, berhasil menemukan kapak-kapak perimbas di Lembah Sungai Fingnoi di dekat Bhan-kao.

Hal itu semakin meluaskan daerah persebarannya selain yang telah diketahui di Pacitan, Malaysia, Myanmar, Pakistan, dan China.

Setelah Perang Dunia II, tradisi kapak perimbas juga ditemukan di Pulau Luzon (Filipina) dan Hanoi (Vietnam).

Alat-alat dari batu yang ditemukan di daerah Asia Tenggara dan Asia Timur tersebut menunjukkan persamaan yang mencolok dalam segi bentuk dan teknologinya.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com