Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Gerakan Mahasiswa di Indonesia, Sejak 1908 hingga Reformasi

Kompas.com - 29/08/2021, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber

KOMPAS.com - Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas, dan kemampuan kepemimpinan. 

Gerakan mahasiswa ada di Indonesia sejak tahun 1908 dan melebar di era reformasi.

Oleh sebab itu, gerakan mahasiswa kerap dianggap sebagai cikal bakal perjuangan nasional. 

Baca juga: Soemitro, Jenderal yang Biarkan Kritik Terhadap Soeharto

1908

Budi Utomo 

Pada tahun ini, terdapat gerakan mahasiswa bernama Boedi Oetomo. 

Boedi Oetomo adalah wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern, bertujuan untuk menjamin kehidupan bangsa yang terhormat. 

Gerakan ini didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh para pemuda STOVIA atau sekolah dokter di Jawa. 

Pada kongres pertama, 5 Oktober 1908 di Yogyakarta, ditetapkan tujuan perkumpulan yaitu untuk kemajuan selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.

Fokus utama dari BU adalah pengembangan generasi muda di bidang sosial, pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. 

Sejak saat itu, Budi Utomo mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Tercatat akhir tahun 1909, BU telah memiliki sebanyak 40 cabang dengan kurang lebih 10.000 anggota.

Perhimpunan Indonesia 

Selain BU, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad Hatta, mendirikan Indische Vereeniging pada 1922. 

Kemudian, tahun 1925, organisasi ini berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia. 

Berdirinya perhimpunan Indonesia sendiri adalah untuk memajukan kepentingan orang-orang pribumi dan non-pribumi. 

Awalnya, PI hanya sebagai organisasi sosial, namun kemudian berubah menjadi organisasi politik.

Misi utama dari PI adalah untuk memperoleh kemerdekaan dan mendorong semangat rakyat melalui pendidikan.

Baca juga: Mengapa Orang Belanda Membenci Soekarno?

1928

Kelompok Studi Indonesia 

Pada pertengahan 1923, segerombolan mahasiswa yang bergabung dalam PI merasa kecewa dengan perkembangan kekuatan perjuangan Indonesia. 

Untuk mengatasi kekecewaan tersebut, pada 29 Oktober 1924 dibentuk Kelompok Studi Indonesia oleh Soetomo di Surabaya. 

Kelompok Studi Umum 

Kemudian, kelompok kedua dibentuk di Bandung oleh Soekarno pada 11 Juli 1925.

Kelompok ini direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung.

Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) 

Setelah pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, disusul kemudian pembentukan PPPI pada September 1926 oleh para mahasiswa Sekolah Tinggi Humum di Jakarta dan Sekolah Tinggi Teknik di Bandung. 

PPPI adalah organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan. 

Baca juga: Front Pembebasan Nasional Moro, Organisasi Muslim di Filipina

Sumpah Pemuda 

Dari kebangkitan semangat perjuangan pemuda Indonesia, muncullah generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. 

Sumpah pemuda dicetus melalui Kongres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26 hingga 28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.

Tujuan dari Sumpah Pemuda sendiri adalah untuk membangkitkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. 

Isi Sumpah Pemuda adalah:

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

1945

Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) 

Akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan untuk memperoleh basis massa yang luas.

Oleh sebab itu, dibentuklah Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927 oleh Soekarno.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com