Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Raya Baiturrahman Aceh: Sejarah, Fungsi, dan Arsitekturnya

Kompas.com - 19/08/2021, 10:24 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Pasca tsunami Aceh 2004, masjid ini kembali direnovasi karena mengalami kerusakan yang tidak terlalu parah pada beberapa bangunannya.

Fungsi Masjid Raya Baiturrahman

Sepanjang sejarahnya, kegunaan Masjid Raya Baiturrahman sangat banyak, tidak terbatas untuk kegiatan keagamaan saja.

Pada periode pemerintahan Sultan Iskandar Muda misalnya, masjid ini digunakan sebagai tempat menyiarkan agama Islam.

Bahkan pada masa itu, tidak hanya penuntut ilmu dari warga lokal yang datang ke masjid ini, tetapi juga para pendatang dari Melayu, Persia, Arab, dan Turki.

Pada masa penjajahan, Masjid Raya Baiturrahman digunakan sebagai tempat ibadah dan markas pertahanan terhadap serangan musuh.

Fungsi tersebut sangat terasa semasa Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874 M).

Baca juga: Kerajaan Aceh: Raja-raja, Puncak Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Di masjid ini sering pula diadakan musyawarah besar untuk membicarakan strategi penyerangan dan kemungkinan serangan Belanda terhadap Kerajaan Aceh.

Oleh karena itu, Masjid Raya Baiturrahman menjadi sasaran serangan Belanda hingga akhirnya terbakar.

Ketika terjadi bencana tsunami 2004, masjid ini digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi.

Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman mempunyai beragam fungsi selain digunakan untuk shalat, yakni sebagai tempat mengadakan pengajian, perhelatan acara keagamaan seperti maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, dan salah satu obyek wisata religi di Aceh.

Arsitektur Masjid Raya Baiturrahman

Arsitek yang merancang Masjid Raya Baiturrahman yang baru adalah seorang kapten angkatan darat Belanda bernama Gerrit van Bruins.

Untuk menentukan arsitektur masjid, ia juga berkonsultasi dengan Snouck Hurgronje dan penghulu masjid Bandung.

Ciri khas Masjid Raya Baiturrahman adalah memakai gaya arsitektur Mughal, ditandai dengan bangunanya yang memiliki menara dan kubah besar, seperti Taj Mahal di India.

Keunikan lain masjid ini terlihat pada pintunya, yaitu berupa tiga pintu besar yang terbuat dari kayu dan dihiasi banyak ornamen.

Selain itu, interior ciri khas Masjid Raya Baiturrahman dihiasi dengan dinding dan pilar ber-relief, tangga marmer dan lantai dari China, serta kaca patri dari Belgia.

 

Referensi:

  • Asiah, Nur. (2009). Ensiklopedia Peninggalan Bersejarah Indonesia. Jakarta: Mediantara Semesta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com