Itulah sebabnya, Hindia Belanda dijadikan target invasi oleh negara Jepang.
Baca juga: Mengapa Belanda Tidak Mengakui Kemerdekaan Indonesia?
Bulan Februari 1940, Jepang mengajukan beberapa tuntutan kepada Belanda.
Jepang meminta agar perdagangan bauksit di Hindia Belanda ditingkatkan.
Selain itu, Jepang juga menghendaki pemberian minyak mentah dan bauksit yang lebih banyak lagi.
Kemudian, Jepang juga melarang pers Hindia Belanda untuk menerbitkan tulisan yang berisi semangat anti-Jepang.
Beberapa permintaan Jepang tersebut dapat dikabulkan oleh pemerintah Belanda, seperti memasok lebih banyak bauksit, meski tidak sebanyak yang diminta oleh Jepang.
Namun, Belanda tidak menjanjikan penambahan pengiriman minyak bumi, karena pemerintah Jepang belum membuat kesepakatan dengan perusahaan eksplorasi tambang sebelumnya.
Terlepas dari itu, tuntutan Jepang yang lain tidak disetujui.
Baca juga: Sumpah Pemuda Keturunan Arab 1934
Ketika Jepang mulia menyerbu Hindia Belanda, sasaran utamanya adalah pengeboran minyak di Tarakan, Balikpapan, dan Palembang.
Gerakan maju ini dimungkinkan setelah pertahanan Hindia Belanda di utara Pulau Sulawesi berhasil dilumpuhkan pada 26 Desember 1941.
Kekuatan udara Jepang juga tidak mendapati kesulitan untuk menghancurkan pangkalan dan pertahanan udara Hindia Belanda di Tondano, Sulawesi Utara.
Pada malam 10 hingga 11 Januari 1942, 6.000 tentara Jepang mendarat di Tarakan.
Setelah mendarat, pertempuran mulai terjadi.
Kobaran api telah berkecamuk melanda tangki penampungan hasil pengeboran.
Sekitar 1.300 tentara KNIL atau tentara Hindia Belanda yang telah merasa pesimis memutuskan untuk menyerah keesokan harinya, 12 Januari 1942.