Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andi Depu: Awal Kehidupan, Perjuangan, dan Kematian

Kompas.com - 30/07/2021, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ibu Agung Hajjah Andi Depu adalah pejuang perempuan asal Sulawesi Barat. 

Semasa perjuangannya, Andi Depu berhasil mempertahankan daerah Tinambung, Polewali Mandar, dari penjajahan Belanda. Ia pernah dipenjara selama tiga tahun.

Baca juga: Depati Amir: Kehidupan, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Latar belakang

Andi Depu lahir di Sulawesi Selatan, 18 Juni 1985. Ia tercatat sebagai raja daerah Balanipa ke-52. 

Ia lahir dengan nama Sugiranna Andi Sura. 

Ayahnya adalah La'ju Kanna Idoro, seorang Raja Balanipa ke-50. Ibunya bernama Samaturu.

Meskipun berasal dari keluarga kerajaan, pendidikan yang ditempuh Andi Depu sangat terbatas.

Namun, hal ini justru dijadikan kesempatan bagi Andi Depu untuk menggunakan waktu luangnya dengan bergaul bersama rakyat dan memperdalam agamanya. 

Baca juga: Lafran Pane: Pendidikan, Peran, dan Karyanya

Perjuangan

Pada masa pendudukan Jepang, tahun 1942, Andi Depu mengibarkan bendera merah putih pada awal kedatangan mereka di Mandar.

Pada 1943, ia mempelopori berdirinya Fujinkai di daerah Mandar. 

Fujinkai adalah organisasi kaum perempuan di bawah pendudukan Jepang.

Saat Jepang mulai terdesak oleh Sekutu dalam perang, Andi Depu turut terlibat dalam berdirinya organisasi bernama Islam Muda pada April 1945. 

Ketika Indonesia dinyatakan merdeka, Andi Depu bersama rekan-rekannya turut menyebarkan berita kemerdekaan ke seluruh pelosok Mandar dan sekitarnya.

Namun, pasca proklamasi, Sekutu datang. Rakyat Mandar pun kembali terancam akan kedaulatan daerahnya. 

Andi Depu pun lekas menyusun kekuatan bersama rakyat. Ia menggunakan Istana Balanipa sebagai markasnya. 

Ibu Agung Hajjah Andi Depu menjadi panglima dari organisasi laskar bernama Islam Muda. 

Bersama dengan laskarnya, Andi Depu menolak kedatangan Belanda di tanah Mandar. 

Kemarahan Andi Depu pun semakin tersulut ketika salah seorang tentara Belanda menurunkan bendera merah putih dari tiangnya. 

Andi Depu kerap kali bertempur dengan Belanda, namun ia selalu berhasil melarikan diri.

Namun, tahun 1946, di Makassar, Andi Depu tertangkap. Ia dipenjara dan sering dipindah-pindahkan lokasi penjaranya selama kurang lebih 28 kali.

Selama dipenjara, Andi Depu sering disiksa oleh para serdadu Belanda. 

Andi Depu dibebaskan pasca penyerahan kedaulatan dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949. 

Baca juga: Tokoh yang Mengusulkan Dasar Negara: Moh Yamin, Soepomo, Soekarno

Kematian

Setelah bebas dari penjara, Andi Depu kembali ke Mandar karena diminta untuk memimpin bekas wilayah Kerajaan Balanipa.

Ia mengemban tugas ini sampai tahun 1956, sebelum mengundurkan diri karena kondisi kesehatannya. 

Tanggal 18 Juni 1985, Andi Depu dinyatakan meninggal dunia. 

Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar, Sulawesi Selatan.

Untuk mengenang jasa-jasanya, ia diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 8 November 2018 berdasarkan Keppres No. 123/TK/Tahun 2018. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com