Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinasti Qing: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan

Kompas.com - 29/07/2021, 13:30 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Dinasti Qing atau Dinasti Manchu adalah dinasti kekaisaran terakhir di China yang kekuasaannya berlangsung antara 1644 hingga 1912.

Selain Yuan, Qing juga disebut sebagai dinasti asing yang pernah memerintah China.

Selama hampir tiga abad berkuasa, Dinasti Qing menjelma menjadi kekaisaran terbesar keempat dalam sejarah dunia.

Pada 1912, populasinya mencapai 432 juta jiwa dan menjadi negara terpadat di dunia.

Dinasti Qing runtuh pada 1912, yang kemudian disusul dengan berdirinya Republik China.

Sejarah berdirinya Dinasti Qing

Menjelang akhir kekuasaan Dinasti Ming, pemberontakan menjadi hal yang biasa di seluruh penjuru China.

Pasukan Manchuria dari Asia timur laut pun turut melawan tentara Ming sejak 1616 dan menduduki beberapa kota di perbatasan utara China.

Pada 1636, Huang Taiji, yang merupakan keturunan Wangsa Aisin-Gioro mendeklarasikan berdirinya Dinasti Qing.

Setelah Beijing jatuh ke tangan pemimpin pemberontakan bernama Li Zicheng pada 1644, kaisar Ming terakhir, Chongzhen, memilih untuk bunuh diri.

Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Ming dan Li Zicheng mendirikan Dinasti Shun.

Namun, masih di tahun yang sama, pasukan Manchu melakukan invasi besar-besaran ke Beijing dan untuk mengalahkan Li Zicheng.

Setelah itu, Dinasti Qing mulai berkuasa dan menyatakan sebagai pengganti Dinasti Ming.

Kaisar Shunzhi kemudian menjadi kaisar China pertama dari Suku Manchu.

Baca juga: Kekaisaran Karoling: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan

Masa kejayaan Dinasti Qing

Setelah mengambil alih kekuasaan, Dinasti Qing menetapkan berbagai kebijakan yang mendiskriminasi orang-orang Han.

Seperti contohnya memaksa orang-orang Han untuk berpakaian dan memotong rambut seperti bangsa Manchu.

Apabila menolak, mereka akan langsung dijatuhi hukuman mati.

Dinasti Qing baru menguasai seluruh daratan China di bawah Kaisar Kangxi, setelah menghabisi keturunan Dinasti Ming pada 1664.

Kaisar Kangxi kemudian memberlakukan kebijakan yang menguntungkan para petani.

Caranya adalah dengan mengurangi beban pajak, memangkas kebutuhan pemerintahan, dan menghentikan korupsi.

Kaisar Kangxi juga berhasil menekan ancaman militer, memadamkan pemberontakan Han, merebut Taiwan, serta menghentikan upaya invasi oleh Tsar Rusia.

Dari hasil perjanjian dengan Rusia pada 1689, Kaisar Kangxi berhasil memasukkan wilayah Siberia di bawah kendali China.

Dinasti Qing menikmati masa kejayaan pada periode pemerintahan Kaisar Kangxi, Yongzheng (1723-1735) dan Qianlong (1735-1796).

Terlepas dari banyaknya sengketa yang mewarnai periode pemerintahannya, Kaisar Yongzheng berjasa besar dalam memajukan perekonomian negerinya.

Sementara Kaisar Qianlong terkenal akan kesuksesannya dalam hal kampanye militer.

Akan tetapi, setelah beberapa dekade berkuasa, Kaisar Qianlong mulai kehilangan ketertarikan dalam memerintah dan memilih fokus mendalami seni.

Baca juga: Dinasti Seljuk, Pendiri Kekaisaran Islam Pertama di Turki

Kemunduran Dinasti Qing

Dinasti Qing mulai mengalami kemunduran ketika memasuki abad ke-19.

Berikut ini beberapa faktor kejatuhan Dinasti Qing.

1. Perang Candu

Abad ke-19 menjadi periode konfrontasi militer antara China dan dunia Barat, diawali dengan Perang Candu pada 1840.

Perang tersebut dipicu oleh aksi pedagang Inggris yang diam-diam tetap memasarkan opium ke China.

Padahal, Dinasti Qing tengah berupaya untuk mengatasi krisis kecanduan di negerinya.

Dalam pertempuran tersebut, China kalah melawan Inggris hingga menimbulkan kekecewaan di kalangan orang-orang Han terhadap bangsa Manchu.

Terlebih lagi, di antara banyak konsesi selama negosiasi kedua belah pihak, China terpaksa menyerahkan Hong Kong kepada Inggris dan membuka pelabuhan-pelabuhannya untuk bangsa Barat.

2. Pemberontakan Taiping

Ancaman politik dan militer internal menciptakan ketidakstabilan lebih lanjut untuk Dinasti Qing.

Yang paling mematikan adalah Pemberontakan Taiping, yang berlangsung dari 1850 hingga 1864.

Akibat dari konflik ini adalah Kota Nanjing diduduki oleh pemberontak selama satu dekade dan 20 juta orang China diperkirakan tewas.

Baca juga: Kekaisaran Rusia: Sejarah, Sistem Pemerintahan, dan Keruntuhan

3. Kudeta Ibu Suri Cixi

Pengaruh Ibu Suri Cixi (janda Kaisar Xianfeng) mempercepat berakhirnya Kekaisaran China.

Ibu Suri Cixi dianggap sebagai kekuatan nyata di balik takhta selama menjadi wali untuk putranya dan keponakannya.

Pada 1898, Kaisar Guangxu mencoba mengambil peran pembaharu dalam upaya memodernisasi China, tetapi upayanya dijegal oleh Cixi.

Bahkan Ibu Suri Cixi juga memimpin kudeta yang mengakibatkan mundurnya Kaisar Guangxu dari kursi kekuasaan.

Lebih lanjut lagi, Ibu Suri Cixi juga mendukung Pemberontakan Boxer yang meletus pada 1901.

Pada akhirnya, pasukan Barat berhasil mengalahkan tentara kekaisaran dan Boxers.

Anggota pemerintah yang telah mendukung Boxers pun dieksekusi dan kekuasaan pemerintahan Qing menjadi lemah.

Runtuhnya Dinasti Qing

Dinasti Qing runtuh pada 1911, setelah digulingkan oleh Revolusi China yang dimulai sejak 1894.

Penyebab utama pecahnya Revolusi China adalah kekecewaan terhadap pemerintahan Dinasti Qing yang berujung pada penderitaan rakyat.

Tokoh yang berperan penting dalam Revolusi China adalah Sun Yat Sen, yang memotori revolusi.

Pada awal 1912, Dinasti Qing akhirnya runtuh dan Sun Yat Sen terpilih menjadi presiden sementara Republik China.

Revolusi China tidak hanya meruntuhkan kekuasaan Dinasti Qing, tetapi juga menghentikan sistem monarki dan tradisi feodalisme yang telah berlangsung selama berabad-abad dan dimulainya era republik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com