Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ambo Dalle: Kiprah dan Perjuangannya

Kompas.com - 28/07/2021, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ambo Dalle merupakan pendiri dari lembaga pendidikan bernama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Mangkoso di Sulawesi Selatan. 

Setelah mendirikan MAI di Mangkoso, Dalle membuka cabang madrasahnya tersebut di Sengkang.

Berkat respon positif dan dukungan dari masyarakat, MAI berkembang dengan pesat.

Akan tetapi, setelah Jepang masuk Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan, proses belajar mengajar di MAI terganggu.

Jepang tidak memperbolehkan kegiatan pengajaran, seperti yang dilakukan di madrasah.

Meskipun masalah seperti ini menimpa MAI, Ambo Dalle tidak hilang akal.

Ia memutuskan proses belajar mengajar yang sebelumnya di kelas, dipindahkan ke masjid dan rumah-rumah guru.

Baca juga: Andi Sultan Daeng Radja: Pendidikan, Peran, dan Perjuangannya

Masa Kecil

Ambo Dalle adalah putra dari keluarga bangsawan yang lahir sekitar tahun 1900 di Desa Ujung Kecamantan Tanasitolo, Kabupaten Wajo.

Ayahnya adalah Andi Ngati Daeng Patobo dan ibunya bernama Andi Candara Dewi.

Kedua orangtuanya memberi nama Ambo Dalle, yang memiliki arti bapak yang memiliki banyak rezeki.

Dari nama tersebut, diharapkan Ambo Dalle tumbuh menjadi seseorang dengan rezeki yang cukup dalam hidupnya.

Meskipun Ambo Dalle adalah anak tunggal, ia dididik menjadi anak yang mandiri.

Ambo Dalle disekolahkan di Volk School atau Sekolah Rakyat pada pagi hari, kemudian belajar mengaji pada sore dan malam hari.

Selama belajar, Ambo Dalle tidak hanya mendalami ilmu-ilmu al-Qur'an, tetapi juga mengikuti kursus bahasa Belanda di HIS. 

Pada 1928, Haji Muhammad As'ad bin Abdul Radyid Al-Bugisy, seorang ulama asal Bugis, kembali dari Mekah ke Sengkang. 

Kepulangan As'ad ini kemudian membuat Ambo Dalle segera berangkat ke Sengkang untuk menimba ilmu bersama guru besar tersebut.

Sejak saat itu, kesempatan Ambo Dalle dalam mengenyam pendidikan semakin terbuka.

Ia banyak belajar dari ulama-ulama besar.

Baca juga: Abdul Halim: Kiprah dan Perannya

Kiprah

Suatu waktu, Muhammad As'ad menguji secara lisan murid-muridnya, salah satunya adalah Ambo Dalle.

Rupanya, jawaban dari Ambo Dalle dianggap yang paling tepat dan benar.

Oleh sebab itu, ia diangkat menjadi asisten dan mulai meniti karier mengajar dalam dunia pendidikan.

Sejak Ambo Dalle bekerja sama dengan Muhammad As'ad, kelompok pengajian mereka semakin bertambah maju.

Berita baik ini terdengar sampai ke telinga Raja Wajo, Arung Matoa Wajo.

Pada saat yang sama, Raja Wajo mengusulkan kepada Muhammad As'ad untuk membuka sebuah madrasah yang seluruh biayanya akan ditanggung pemerintah setempat.

Tidak berselang lama, madrasah didirikan dengna nama Madrasah Arabiya Islamiyah (MAI) di Sengkang.

Lambang dari madrasah ini dibuat oleh Ambo Dalle.

Hanya dalam waktu singkat, MAI telah berkembang pesat. 

Untuk itu, Ambo Dalle meminta izin agar pindah dan mendirikan MAI di MAngkoso pada 21 Desember 1938.

Sejak saat itu, Ambo Dalle mendapat kehormatan penuh dari masyarakat. Ia diberi gelar Gurutta Ambo Dalle.

MAI Mangkoso ini menjadi cikal bakal berdirinya organisasi keagamaan bernama Darud Dakwah Wal Irsyad (DDI). 

Baca juga: Djatikusumo: Kiprah dan Karier Militernya

Perjuangan

MAI Mangkoso berkembang dengan sangat pesat, terbukti dengan banyaknya permintaan untuk membuka cabang di daerah luar.

Banyak masyarakat yang memberikan respon positif dari berdirinya MAI. 

Akan tetapi, masalah mulai muncul setelah Jepang menduduki Indonesia, terutama Sulawesi Selatan.

Jepang tidak mengizinkan kegiatan pengajaran seperti yang dilakukan di madrasah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Ambo Dalle mencari solusi lain.

Ia memutuskan untuk memindahkan lokasi pengajaran. Jika sebelumnya pengajaran dilakukan di dalam kelas, maka dipindahkan ke masjid dan rumah-rumah guru.

Kaca pada bagian pintu dan jendela masjid dicat warna hitam agar pada malam hari cahaya lampu tidak tembus ke luar.

Setiap kelas dibagi dan diserahkan kepada seorang guru secara berkelompok. Mereka juga bebas memilih tempat di mana saja, asal aman dan dapat menampung semua anggota.

Bukannya tidak berantusias, solusi dari Ambo Dalle justru mengundang masyarakat sekitar untuk mendaftarkan anak-anak mereka ke MAI.

Bahkan, cara Ambo Dalle berhasil membuat MAI terlepas dari pengawasan Jepang.

Setelah itu, pasca-kemerdekaan Indonesia, rakyat masih belum hidup dalam ketenangan.

Ancaman kembali datang dari Belanda melalui Sekutu atau Nederlandsch Indie Civiele Administratie (NICA). 

Kedatangan NICA membuat rakyat melakukan perlawanan. Peristiwa ini yang kemudian dikena sebagai Peristiwa Korban 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan.

Tentara NICA dibawah kepemimpinan Kapten Westerling membunuh rakyat yang dituduh ekstrimis.

Peristiwa ini lantas memberi dampak bagi MAI Mangkoso, di mana banyak santri yang turut tewas karena serangan dari NICA.

Kendati demikian, Ambo Dalle tidak putus asa. Ia bertemu dengan para ulama dari MAI Sengkang pada 5 Februari 1947.

Kemudian, pada 7 Februari 1947, Ambo Dalle dan para ulama lain sepakat mendirikan organisasi bernama Darud Da'wah Wal Irsyad (DDI).

Namun, suatu waktu, Ambo Dalle memilih terjun dalam dunia politik.

Keputusannya ini membuat tokoh DDI lain dan para murid tidak setuju dengan sikap yang ia ambil.

Oleh sebab itu, timbullah konflik internal dalam DDI, yang mengakibatkan organisasi ini dihentikan. 

Penghargaan

Ambo Dalle telah banyak memberikan sumbangsih untuk Indonesia.

Oleh sebab itu, setelah wafat, Presiden BJ Habibie menganugerahinya Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Nararya pada 1999.

Namanya juga diusulkan untuk dijadikan pahlawan nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com