Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertempuran Medan Area: Latar Belakang, Konflik, dan Dampak

Kompas.com - 28/07/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Pertempuran Medan Area adalah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Pasukan Sekutu yang terjadi di Medan, Sumatera Utara.

Konflik ini terjadi pada 13 Oktober 1945 hingga April 1946.

Sebelumnya, pada 9 Oktober 1945, di bawah pimpinan Ted Kelly, tentara Inggris yang diikuti pasukan Sekutu dan Netherland Indies Civil Administration (NICA) berupaya mengambil pemerintahan Kota Medan.

Insiden terjadi ketika NICA melepas lencana merah putih milik seorang remaja Indonesia. Bermula dari situ, pertempuran kemudian terjadi pada 13 Oktober 1945. 

Insiden ini yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Medan Area.

Baca juga: Pertempuran Khaibar: Penyebab dan Jalannya Perang

Latar Belakang

Sewaktu Perang Dunia II hampir berakhir, Sekutu setuju bahwa pasca-perang, Hindia Belanda akan berada di bawah otoritas Komando Asia Tenggara.

Komando tersebut dipimpin oleh Laksamana Inggris Lors Louis Mountbatten. 

Lalu, setelah Jepang menyerah, pasukan Inggris mulai mendarat di Sumatera dan Jawa.

Pasukan Inggris berniat untuk membebaskan tawanan perang, memulangkan tentara Jepang, dan menjaga hukum sambil menunggu kembalinya otoritas kolonial Belanda.

Sementara itu, pada 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sekutu yang baru saja memerdekakan Indonesia dari Jepang, mendarat di Medan pada 9 Oktober 1945 dipimpin oleh Ted Kelly.

Maksud kedatangan mereka adalah untuk menegakkan kembali kekuasaan Belanda atas pulau-pulau tersebut.

Kedatangan Sekutu dan NICA ini kemudian memancing kemarahan orang Indonesia, yang kemudian menimbulkan konflik di hotel, di Jalan Bali, Medan, pada 13 Oktober 1945. 

Baca juga: Perang Saudara Amerika: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Dampak

Konflik

Saat itu, salah satu anggota NICA merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai seorang pemuda Indonesia. 

Kejadian ini lantas mengundang kemarahan pemuda Indonesia.

Lalu, pada 13 Oktober 1945, barisan pemuda dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bertempur melawan Sekutu dan NICA.

Mereka berupaya untuk mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang.

Inggris kemudian mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia untuk segera menyerahkan senjata kepada Sekutu.

Namun, ultimatum tersebut tidak dihiraukan.

Pada 1 Desember 1945, Sekutu memasang sebuah papan bertuliskan "Fixed Boundaries Medan Area" (batas resmi wilayah Medan) di berbagai pinggiran Kota Medan.

Tindakan Sekutu ini dianggap sebuah tantangan bagi para pemuda Indonesia.

Konflik meletus pada 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA menyerang secara besar-besaran Kota Medan.

Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak.

Bulan April 1946, Sekutu berhasil menguasai Kota Medan.

Setelah menguasai Medan, pertarungan terhadap Sekutu semakin sengit pada 10 Agustus 1946 di Tebing Tinggi. 

Kemudian, diadakanlah pertemuan di antara para komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.

Hasilnya adalah membentuk satu komando bernama Komando Resimen Laskar Rakyat untuk memperkuat perlawanan di Kota Medan.

Setelah itu, tanggal 19 Agustus 1946, di Kabanjahe, terbentuk Barisan Pemuda Indonesia (Komando Resimen Laskar Rakyat cabang Tanah Karo) dipimpin Matang Sitepu.

Seiring berjalannya waktu, Komando Laskar Rakyat ini berubah menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), tentara resmi pemerintah dipimpin oleh Djamin Ginting.

Guna melanjutkan perjuangan di Medan, maka pada Agustus 1946 dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.

Komando ini lantas terus memberikan serangan terhadap Sekutu. 

Sampai pada akhirnya, pemberontakan melawan Sekutu di Medan terus berlanjut hingga berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia tahun 1949. 

Baca juga: Pertempuran Ambarawa: Latar Belakang, Tokoh, Akibat, dan Akhir

Dampak

Insiden Pertempuran Medan Area yang terjadi sejak 13 Oktober 1945 hingga April 1946 ini telah memakan beberapa korban jiwa. 

Diketahui bahwa terdapat tujuh orang pemuda gugur, tujuh orang NICA tewas, dan 96 orang NICA lainnya mengalami luka-luka. 

Selain itu, beberapa daerah Kota Medan juga hancur karena menjadi area pertempuran antara pihak Indonesia dengan Sekutu dan NICA. 

Referensi: 

  • Ricklefs, MC. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1300. London: MacMillan.
  • Said, H. Mohammed. (1973). What was the Social Revolution of 1946 in East Sumatra. Cornell University: Indonesia Southeast Asia Program Publications. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com