Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Penggabungan Tahun Jawa dan Islam

Kompas.com - 24/06/2021, 16:15 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sultan Agung Hanyakrakusuma adalah raja terbesar Kesultanan Mataram yang berhasil membawa kerajaannya menuju puncak kejayaan.

Ketika berkuasa antara 1613-1645, Sultan Agung membawa banyak perubahan besar bagi masyarakat Jawa.

Salah satunya adalah menciptakan sistem penanggalan baru dengan menggabungkan tahun Jawa dan Islam.

Penanggalan baru yang disebut kalender Jawa atau Kalender Sultan Agungan ini diciptakan pada 1633.

Lantas, bagaimana sejarah penggabungan tahun Jawa dan Islam?

Sejarah penggabungan tahun Jawa dan Islam

Ketika Sultan Agung naik takhta menjadi raja ketiga Kesultanan Mataram, masyarakat Jawa masih menggunakan kalender Saka yang berasal dari India.

Kalender Saka didasarkan pergerakan matahari, berbeda dengan kalender Islam atau Hijriah yang didasarkan pada pergerakan bulan.

Hal ini menyebabkan perayaan-perayaan adat yang diselenggarakan oleh keraton tidak selaras dengan perayaan-perayaan hari besar Islam.

Baca juga: Biografi Sultan Agung, Penguasa Mataram yang Tangkas dan Cerdas

Sultan Agung menginginkan agar perayaan-perayaan tersebut dapat terjadi dalam waktu bersamaan.

Oleh karena itu, diciptakan sebuah sistem penanggalan baru yang merupakan perpaduan antara kalender Saka dan Hijriah.

Perubahan penanggalan ini berlaku untuk seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Banten, karena tidak termasuk daerah Mataram.

Perubahan sistem penanggalan dilakukan hari Jumat Legi, saat pergantian tahun baru Saka 1555 yang ketika itu bertepatan dengan tahun baru Hijriah 1 Muharam 1043 H dan 8 Juli 1633 M.

Pergantian sistem penanggalan ini tidak mengganti hitungan tahun Saka 1555 menjadi tahun 1, tetapi meneruskannya dengan berbagai penyesuaian.

Sistem perhitungan lama yang berdasarkan matahari diganti dengan perhitungan berdasarkan pergerakan bulan, seperti penanggalan Hijriah.

Penanggalan dan bulan memakai sistem Islam, tetapi angka tahun dan namanya tetap memakai sistem Jawa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com