Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tan Malaka: Masa Muda, Perjuangan, Peran, dan Akhir Hidupnya

Kompas.com - 12/05/2021, 16:36 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Karena kejadian itu, Tan pun dijebloskan ke dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. 

Pada September 1948, terjadi pemberontakan FDR/PKI di Madiun dipimpin oleh Musso dan Amir Sjarifuddin. 

Saat pemberontakan tersebut terjadi, Tan dikeluarkan begitu saja dari penjara. 

Pertempuran pun dapat ditumpas pada akhir November 1948. 

Tan Malaka menuju ke Kediri untuk mengumpulkan sisa-sisa pemberontak FDR/PKI dan membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi. 

Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) 

Partai Murba adalah partai politik yang berdiri pada 7 November 1948. Partai ini didirikan oleh Tan Malaka, Chaerul Saleh, Sukarno, dan Adam Malik. 

Pada tahun 1971, partai ini mengikuti pemilu, namun dilebur dalam Partai Demokrasi Indonesia. 

Tujuan dari Partai Murba yaitu untuk mempertahankan dan memperkokoh tegaknya kemerdekaan 100% bagi republik dan rakyat sesuai dengan dasar dan tujuan Proklamasi 17 Agustus 1945 menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Dari tujuan ini sudah jelas terlihat semangat nasionalisema yang begitu kuat di dalamnya, berbeda dengan PKI. 

Maka tak heran jika Tan Malaka dianggap sebagai pemimpin komunis nasionalis. 

Penangkapan

Sebelum terjadi serangan umum kedua Belanda, pada 12 November, Tan Malaka pergi meninggalkan Yogyakarta.

Ia pergi bersama dengan kawalan Laskar Rakyat Jawa Barat dan Barisan Banteng menuju Kediri. 

Kehadiran Tan Malaka di Kediri mendapat sambutan baik dari rakyat di sana.

Pada 21 Desember, Tan Malaka menyampaikan pidatonya yang berisikan seruan kepada rakyat agar tidak percaya pada kaum imperialis Barat, tidak perlu melakukan perundingan, dan kemerdekaan akan diraih hanya dengan mengangkat senjata dan mengalahkan musuh.

Mendengar pidato tersebut, lawan-lawan politiknya mulai curiga terhadap Tan.

Mereka menuduh bahwa Tan sedang berusaha untuk melakukan pemberontakan dengan mengambil simpati rakyat.

Pihak militer dari kubu pemerintah di Jawa Timur juga merasa tidak senang dengan seruannya mengenai tidak perlu ada perundingan dan memilih jalan perang.

Beberapa pihak militer bahkan menyebarkan isu bahwa Tan Malaka akan membentuk Republik Murba.

Saat Belanda menyerang Kediri dan berhasil menguasai kota tersebut, Tan yang dikawal Mayor Sabarudin, sedang bergerilya dan berada di suatu daerah di barat Sungai Brantas.

Tanpa diketahui, di daerah itu juga terdapat markas Divisi I/Gubernur Militer Jawa Timur di bawah Panglima Divisi Kolonel Sungkono.

Tan pun ditangkap oleh militer Divisi I. Setelah ditangkap, Tan Malaka dieksekusi dengan ditembak mati di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. 

Baca juga: Purnawarman: Silsilah, Masa Pemerintahan, dan Peninggalan

Penghargaan

Pada 28 Maret 1963, berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno, Tan Malaka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. 

Pada 21 Februari 2017, secara simbolis jenazah Tan Malaka dipindahkan dari Kediri ke Sumatera Barat, yakni dengan membawa tanah dari pekuburan Tan Malaka.

Hal tersebut dilakukan oleh keluarga besar Tan Malaka dan kelompok yang tergabung dalam Tan Malaka Institute. 

Referensi: 

  • Rahman, Masykur Arif. (2018). Tan Malaka Sebuah Biografi Lengkap. Jakarta: Laksana. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com