Para penduduk Banten awalnya menerima kedatangan de Houtman dan kawanannya dengan baik.
Tetapi setelah beberapa tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten, bersama dengan petugas Portugis di Banten mengusir kapal tersebut.
Ekspedisi de Houtman pun berlanjut ke pantai Jawa, namun begitu sampai di sana, kapal de Houtman justru jatuh ke tangan pembajak.
Mereka kemudian berlanjut berlayar ke Bali dan bertemu dengan raja Bali.
Di Bali, de Houtman dan kelompoknya berhasil memperoleh lada pada 26 Februari 1597.
Dari perjalanan panjang tersebut, awak kapal hanya tersisa sebanyak 87 orang dari 249.
Cornelis de Houtman sendiri wafat dalam perjalanan keduanya di atas geladak kapal di Aceh saat terjadi pertempuran dengan pasukan Inong Balee.
Pasukan Inong Balee adalah pasukan Gerakan Aceh Merdeka yang beranggotakan para perempuan.
Pertempuran ini terjadi, karena de Houtman telah menghina Sultan Aceh.
Cornelis de Houtman tewas di tangan Laksamana Malahayati, putri Sultan, dan pasukan Inong Balee.
Baca juga: Sejarah Koperasi Indonesia
Perjalanan ekspedisi mereka dapat dikatakan gagal, namun juga bisa dibilang berhasil bagi Belanda.
Sejak pelayaran pertama mereka, Belanda mulai berlayar kembali untuk berdagang ke Timur.
Dalam waktu lima tahun, 65 kapal Belanda telah berlayar ke wilayah tersebut dan memulai penjajahan mereka, penjajahan Hindia Belanda.