Konflik ini membuat posisi VOC sangat diuntungkan, sedangkan posisi Kerajaan Mataram semakin melemah karena terbagi menjadi empat kerajaan.
Selain itu, Belanda juga berupaya melakukan siasat devide et impera pada Perang Saparua, Perang Padri, Perang Diponegoro atau Perang Jawa, Perang Aceh, Perang Banjar, dan Perang Jagaraga.
Penggunaan politik adu domba sukses membuat bangsa Indonesia berkonflik dan berebutt kekuasaan.
Efektivitas devide et impera pun mendapat perhatian khusus oleh pemerintah Kerajaan Belanda.
Baca juga: Perlawanan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi Terhadap VOC
Berikut strategi yang dilakukan Belanda saat menerapkan politik devide et impera:
Pada langkah ini, Belanda akan berusaha menjadi teman dan menciptakan musuh bersama.
Apabila sudah berteman, maka negosiasi dan diplomasi akan berjalan lebih mudah.
Sementara common enemy yang dimaksud adalah pihak lain yang menjadi saingan bisnis VOC.
Pola ini dilakukan dengan menebar selentingan kabar dan desas-desus, baik di lingkungan politik maupun sosial. Bentuk lain dari manajemen isu adalah propaganda.
Belanda biasanya akan berpihak pada dua kubu yang saling bertentangan seolah berada posisi netral.
Belanda biasanya akan merekrut pemimpin lokal sebagai bagian dari rantai manajemen terbawah.
Trik ini dilakukan dengan memberi pengakuan yang mengatasnamakan kerajaan Belanda terhadap entitas politik di suatu daerah.
Seperti yang terjadi pada Perang Diponegoro dan Kesultanan Melayu.
Baca juga: Penjelajahan Samudra oleh Portugis: Latar Belakang dan Kronologi
Cara ini dilakukan dengan menggunakan pribumi sebagai kekuatan militan untuk melawan bangsanya sendiri.
Pola ini terlihat di Sumatera Barat pada 1821-1837, saat Belanda berhasil memprovokasi Kaum Adat untuk berperang melawan Kaum Paderi.
Pasca proklamasi kemerdekaan, Belanda kembali mencoba menerapkan politik devide et impera untuk memecah belah persatuan Indonesia.
Upayanya pun berhasil memecah Indonesia menjadi negara-negara bagian, yaitu Negara Indonesia Timur (sekarang Papua), Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, dan Negara Jawa Timur.
Referensi: