Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peran Henry Kissinger dalam Invasi Indonesia ke Timor Timur

Operasi Seroja dilancarkan sebagai respons atas tindakan Partai Fretilin yang mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokratik Timor Timur secara sepihak pada 28 November 1975.

Operasi Seroja, yang disebut sebagai operasi militer terbesar yang pernah dilakukan Indonesia karena melibatkan semua unsur angkatan bersenjata, mulai dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU), tidak luput dari campur tangan Amerika Serikat (AS).

Sebelum Operasi Seroja dijalankan, Soeharto, yang saat itu menjabat Presiden RI, bertemu dengan Presiden AS Gerald Ford dan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Henry Kissinger.

Lantas, apa peran Henry Kissinger dalam invasi Indonesia ke Timor Timur?

Siapa Henry Kissinger?

Henry Kissinger adalah politisi kelahiran Jerman yang pernah menjabat Menlu AS dan penasihat keamanan nasional di bawah pemerintahan Presiden Richard Nixon dan Gerald Ford.

Semasa menjabat Menlu AS antara 1973 hingga 1977, Kissinger dikenal sebagai diplomat yang terkemuka sekaligus kontroversial.

Ia merupakan salah satu arsitek kebijakan AS untuk mengalahkan pengaruh komunisme Uni Soviet selama Perang Dingin.

Popularitas Kissinger saat itu bahkan melampaui Presiden Richard Nixon, yang mengundurkan diri setelah Skandal Watergate, dan Presiden Gerald Ford yang menjabat mulai Agustus 1974.

Kissinger mendapatkan banyak penghargaan bergengsi, salah satunya hadiah Nobel Perdamaian.

Hadiah Nobel Perdamaian yang diteima Kissinger termasuk yang paling kontroversial.

Pasalnya, dua anggota komite nobel memilih mengundurkan diri setelah terpilihnya Kissinger.

Tidak jarang, Kissinger mengambil tindakan yang berisiko menimbulkan korban jiwa, terutama dalam mengintervensi konflik di berbagai negara di dunia.

Kissinger dikaitkan dengan penggulingan pemerintahan di sejumlah negara dan pengemboman wilayah yang mengakibatkan jatuhnya jutaan korban jiwa.

Invasi Indonesia atas Timor Timur pada 1975 pun tidak lepas dari "sentuhan" Kissinger.

Lampu hijau dari Henry Kissinger

Pada 6 Desember 1975, atau sehari sebelum Operasi Seroja dilancarkan, Henry Kissinger mendampingi Presiden Gerald Ford ke Jakarta untuk menemui Presiden Soeharto.

Dalam pertemuan itu, Kissinger dan Presiden Ford disebut memberi lampu hijau atas rencana Indonesia menginvasi Timor Timur.

Kepentingan AS dalam persoalan itu sangat jelas. Kala itu masih dalam suasana Perang Dingin.

Partai Fretilin yang mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokratik Timor Timur didominasi oleh komunis, sehingga AS khawatir komunis akan berkuasa apabila Timor Timur tidak segera dianeksasi Indonesia.

Melansir The Washington Post, dugaan tersebut telah ditampik oleh Kissinger, yang menyatakan bahwa ia baru mengetahui rencana invasi Indonesia ketika sudah berada di bandara saat hendak kembali ke AS.

Namun, dalam telegram rahasia Departemen Luar Negeri AS, terungkap bahwa Presiden Ford dan Kissinger meyakinkan Suharto apabila mereka tidak keberatan dengan "tindakan cepat atau drastis" di Timor Timur.

Rekaman telegram tersebut baru diungkap pada Juni 2001 dan diunggah di situs Arsip Keamanan Nasional di Universitas George Washington.

Kissinger mengatakan kepada Suharto bahwa ia memahami perlunya dilakukan tindakan yang cepat.

Namun, Kissinger ingin agar invasi baru dilancarkan setelah ia dan Presiden Ford kembali ke AS, yang dijadwalkan Senin pukul 14.00 waktu Jakarta.

"Apa pun yang Anda (Soeharto) lakukan harus berhasil dengan cepat," kata Kissinger sebagaimana dikutip Kompas.com dari The Washington Post, Sabtu (2/12/2023).

Pada saat itu, AS merupakan pemasok senjata untuk Indonesia, dengan syarat persenjataan tersebut hanya digunakan untuk kepentingan pertahanan atau menjaga keamanan dalam negeri.

Lebih lanjut, Kissinger mengatakan bahwa ia berharap AS akan melihat invasi Indonesia ke Timor Timur sebagai bentuk pertahanan diri, bukan operasi militer ke luar negeri.

Rekaman percakapan lain antara Presiden Ford dan Soeharto menunjukkan bahwa pihak Indonesia telah mengutarakan rencana untuk mengambil alih Timor Timur kepada AS sejak 5 Juli 1975.

Pada hari itu, Soeharto berbicara kepada Presiden Ford melalui telepon dan mengatakan bahwa sebuah negara (Republik Demokratik Timor Timur) merdeka tidak akan mungkin terwujud, jadi satu-satunya cara adalah berintegrasi ke dalam Indonesia.

Pada 1995, Kissinger pernah ditanya terkait peran AS sebelum invasi yang dilakukan Indonesia.

Kissinger menjawab bahwa masalah aneksasi Timor Timur tidak pernah dibicarakan dalam kunjungannya ke Indonesia pada 6 Desember 1975.

Ia mengklaim baru diberi tahu Soeharto soal rencana invasi ke Timor Timur ketika sudah berada di bandara saat hendak kembali ke AS.

Menurut Kissinger, hal itu bukan peristiwa yang aneh karena India juga menduduki bekas koloni bangsa Portugal di Goa.

Pernyataan Kissinger tersebut diceritakan dalam buku The Trial of Henry Kissinger (2000) karya jurnalis Inggris, Christopher Hitchens.

David D Newsom, duta besar AS untuk Indonesia saat itu, mengatakan bahwa meski Kissinger tidak keberatan dengan invasi tersebut, Kissinger juga tidak mendorongnya.

Respons Kissinger harus ditempatkan dalam konteks situasi saat itu, di mana komunis baru saja meraih kemenangan di Vietnam.

Kissinger, yang melihat segala sesuatunya dari sudut pandang geopolitik dan strategis, sangat khawatir apabila komunis juga bercokol di Timor Timur.

Invasi Indonesia atas Timor Timur diperkirakan menewaskan sekitar 100.000-180.000 korban jiwa yang terdiri dari tentara dan warga sipil.

Menurut sejarawan Ben Kiernan, antara 1975-1981, Operasi Seroja mengakibatkan hampir seperempat penduduk Timor Timur tewas.

Hasil dari invasi tersebut adalah Timor Timur menjadi provinsi ke-27 Indonesia selama 23 tahun.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/12/02/190000379/peran-henry-kissinger-dalam-invasi-indonesia-ke-timor-timur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke