Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa China Dijuluki sebagai Negeri Tirai Bambu?

Sebutan negara China ini ternyata muncul pada masa Perang Dingin (1947-1991).

Lantas, mengapa China dijuluki sebagai Negara Tirai Bambu?

Asal-usul julukan Negeri Tirai Bambu

Tirai Bambu adalah istilah yang muncul pada masa Perang Dingin untuk menggambarkan sekat antara wilayah yang berada di bawah kendali rezim komunis China dengan negara-negara non-komunis.

Istilah Tirai Bambu muncul setelah Tirai Besi, yang dikenal sebagai julukan Uni Soviet.

Istilah tirai dipakai untuk menggambarkan isolasi atau penutupan diri dari dunia luar yang diberlakukan di wilayah China.

Sedangkan bambu merupakan tanaman yang dipandang sebagai simbol nilai-nilai tradisional China dan telah memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat China sejak zaman kuno.

Bagi masyarakat China, bambu adalah simbol kebajikan, yang mencerminkan jiwa dan emosi manusia.

Apabila menurut sejarahnya, orang-orang China telah menanam bambu sejak 7.000 tahun lalu dan memanfaatkannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Kini, China memiliki 400 spesies bambu dan menjadi penghasil bambu terbesar di dunia.

Karena alasan-alasan itulah, negara-negara Barat menyebut China sebagai Negeri Tirai Bambu.

Julukan Negeri Tirai Bambu yang paling awal ditemukan dalam artikel The Lexington Herald yang terbit pada 16 April 1948.

Artikel itu menyebutkan bahwa fenomena penyensoran di Jepang merupakan salah satu bukti bahwa tirai bambu telah dipasang di Timur.

Selain itu, sebutan Tirai Bambu bagi China juga ditemukan dalam Forum Pembaca Lincoln Evening Journal yang diterbitkan pada 26 November 1948.

Artikel tersebut membicarakan tentang perbedaan komunisme di China dan Uni Soviet, dengan menyebutkan bahwa Tirai Bambu di China berbeda dengan Tirai Besi di Eropa (Uni Soviet).

Sejak itulah, Negeri Tirai Bambu dikenal sebagai julukan negara China.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/11/27/120000779/mengapa-china-dijuluki-sebagai-negeri-tirai-bambu-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke