Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tragedi Rengat 5 Januari 1949

Terdapat tragedi yang pernah terjadi di Kota Rengat pada tahun 1949, yakni pembantaian masyarakatnya oleh Belanda.

Tragedi Rengat 5 Januari 1949 merupakan peristiwa kelam yang dialami masyarakat Rengat, yang saat itu masih menjadi bagian Provinsi Sumatera Tengah.

Kini, di daerah Indragiri Hulu terdapat sebuah tugu untuk mengenang peristiwa serangan Belanda pada tanggal 5 Januari 1949. Nama tugu tersebut adalah Tugu 5 Januari.

Kronologi Pembantaian Rengat 5 Januari 1949

Tragedi Pembantaian Rengat 5 Januari 1949 merupakan bagian dari Agresi Militer Belanda II yang dilancarkan mulai tanggal 19 Desember 1948.

Tragedi Rengat terjadi dalam waktu cukup singkat. Pada 5 Januari 1949 pagi, dua pesawat Belanda terbang rendah di atas Kota Rengat.

Melansir laman Kemdikbud, jenis dua pesawat yang terbang di langit Kota Rengat adalah Mustang dengan cocor merah.

Dua pesawat tersebut membombardir setiap penjuru Rengat hingga sekitar pukul 9.45 WIB.

Setelah itu, muncul tujuh pesawat Dakota yang menerjunkan ratusan pasukan baret merah atau sering disebut Korp Spesialie Tropen (KST).

KST merupakan pasukan terlatih Belanda yang mengikuti pelatihan di Batu Jajar, Bandung.

Dalam sebuah biografi bertajuk Lagu Sunyi, HM Wasmad Rads, mantan Komandan Markas Bataliyon III, Resimen IV Banteng Sumatera berpangkat Letnan Muda TNI AD, pernah menuturkan bahwa perhatian tentara republik saat itu terpecah.

Mereka kalang kabut apakah harus membantu masyarakat Rengat yang tidak berdaya akibat bom, atau mengadang pasukan Belanda yang baru diterjunkan.

"Terlintas dalam pikiran saya jika serangan itu terus dilanjutkan, maka menjelang petang mungkin seluruh penduduk Rengat sudah musnah,” kata Wasmad seperti dikutip Kompas.com dari laman Kemdikbud, Kamis (12/10/2023).

Benar dugaan Wasmad, menjelang petang, Belanda mengerahkan pasukan baret hijau yang diperkirakan mencapai tiga kompi atau sekitar 350 orang.

Pasukan ini datang dari Tembilahan, Indragiri Hilir, melalui jalur sungai.

Setelah merebut kota, pasukan Belanda menjarah, melakukan pemerkosaan, menangkap, dan mengeksekusi semua orang yang dicurigai sebagai pegawai negeri sipil, para gerilyawan TNI, hingga warga biasa, tanpa pengadilan.

Mayat-mayat mereka banyak yang dibuang ke Sungai Indragiri.

Ada pula warga yang berhasil menyelamatkan diri dengan cara bergerilya menyusuri sungai dan hutan, seperti Wasmad.

Namun, Wasmad akhirnya tertangkap pada 11 Januari 1949.

Korban Tragedi Rengat 5 Januari 1949

Beberapa sumber menyajikan angka berbeda terkait jumlah korban Tragedi Rengat 5 Januari 1949.

Sejarawan Universitas Amsterdam, Anne Lot-Hoek, menyebut sumber Indonesia dan masyarakat yang menjadi saksi hidup menyebut korban tragedi Rengat mencapai 1.500 sampai 2.000 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.

Sementara dokumentasi Belanda dalam Memorandum Excessennota (Nota Ekses) tahun 1969 meyakini keseluruhan korban berjumlah 80 orang.

Angka tersebut didapat dari hasil penyelidikan pemerintah sipil Belanda melalui Keresidenan Riau.

Salah satu korban tewas dari Tragedi Rengat 5 Januari 1949 adalah ayah dari penyair terkenal, Chairil Anwar.

Sedangkan para tawanan, seperti halnya Wasmad, baru dibebaskan Belanda pada 27 Desember 1949, menjelang penyerahan kedaulatan Belanda kepada Pemerintah Indonesia.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/12/210000279/tragedi-rengat-5-januari-1949

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke