Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pesan Tebuireng, Cara Lain KH. Hasyim Asy'ari Menggalang Persatuan

Ia berasal dari keluarga yang sangat berpengaruh di kalangan ulama Jawa. Hasyim Asy'ari juga dididik dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai agama.

Ayahnya, KH. Asy'ari, dulunya juga merupakan seorang ulama terkemuka dan berpengaruh.

Sejak usia muda, Hasyim Asy'ari telah menunjukkan minat dan bakat dalam bidang agama, minat inilah yang membawanya hingga studi ke Mekkah pada usia 20 tahun.

Kala Hasyim Asy'ari menimba ilmu di Mekkah, sedang gencar gerakan Islamic Revivalism dan anti penjajahan yang dipelopori tokoh besar seperti Abduh dan Afghani.

Setelah kembali ke Indonesia pada 1903, Hasyim Asy'ari pun mempraktikkan dan menyebarkan pemikiran Islam yang moderat dan inklusif, termasuk bagaimana Islam memandang penjajahan.

Ia sangat berpengaruh terhadap gerakan umat Islam dalam menentang penjajahan, di antara upaya-upaya melalui lembaga pendidikan.

Pada 1899, Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan lembaga pesantren bernama Tebuireng di Desa Cukir, Kabupaten Jombang, yang kemudian menjadi kiblat pesantren di Jawa Timur kala itu.

Melalui Pesantren Tebuireng inilah beliau membumikan pesan-pesan semangat persatuan dan anti penjajahan yang kemudian dikenal dengan istilah Pesan Tebuireng.

Apa Itu Pesan Tebuireng?

Pesan Tebuireng berisi petuah-petuah dari Kiai Hasyim Asy'ari mengenai kondisi aktual Indonesia dan semangat persatuan dan perjuangan.

Pada masa itu, kemasyhuran Kiai Hasyim Asy'ari memang luar biasa, sehingga ia beserta lembaganya menjadi rujukan bagi pesantren di sekitarnya.

Pesan-pesan yang berisi petuah Kiai Hasyim Asy'ari ini disebarluaskan oleh santri Pesantren Tebuireng kepada pesantren-pesantren lainnya, khususnya di Jawa Timur.

Tujuan dari Pesan Tebuireng adalah menguatkan kekompakkan, khususnya umat Islam, dan memupuk api kebangkitan nasional.

Para santri yang ditugaskan membawa pesan-pesan Kiai Hasyim Asy'ari adalah KH. Abdullah Ubaid (salah satu pendiri barisan pemuda Ansor) dan KH. Mahfudz Siddiq (Ketua PBNU terpilih pada Muktamar NU di Malang 1937).

Beberapa Pesan Tebuireng terangkum dalam buku "Kiai Haji Hasyim Asy'ari: Riwayat Hidup dan Pengabdiannya" karya Heru Sukadri (1985), sebagai berikut:

"Kami ingatkan saudara-saudara akan kata-kata Sayyidina 'Ali karromallohu wajhahu: innallaha lam yu 'ti ahadan bil firqati khbiron laa minal akhirin."

"Allah tidak akan pernah memberikan keuntungan dana kemuliaan kepada siapapun melalui perpecahan, tidak kepada umat terdahulu tidak pula kepada generasi yang terakhir."

Pesan berisi semangat persatuan dan kekompakan ini disampaikan ketika menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945. 

Selain itu, Pesan Tebuireng juga merupakan suatu upaya Kiai Hasyim Asy'ari menggerakkan kawula muda dan para ulama untuk responsif terhadap situasi politik di Tanah Air.

"Didik dan bimbinglah pemuda-pemuda kita, karena mereka pewaris masa depan kita. Islam memang selamanya akan tegak berdiri tak terkalahkan. Namun, tidak mustahil akan sirna dari lingkungan kita untuk timbul di tempat lain…."

Demikianlah beberapa pesan-pesan yang disampaikan oleh Kiai Hasyim Asy'ari kepada santri dan pesantren lainnya guna menggalang persatuan dan kekompakkan dalam menggapai kemerdekaan.

Referensi:

  • Sukadri, Heru. (1985). Kiai Haji Hasyim Asy'ari: Riwayat Hidup dan Pengabdiannya. Jakarta

https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/15/080000579/pesan-tebuireng-cara-lain-kh.-hasyim-asy-ari-menggalang-persatuan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke