Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Awal Mula Berkembangnya Budaya Berburu Pakaian Bekas (Thrifting)

Baru-baru ini, masyarakat Indonesia dihebohkan kabar sikap tegas Presiden Joko Widodo terhadap praktik importir pakaian bekas yang marak dan banyak illegal.

Munculnya pernyataan tersebut adalah akibat dari semakin berkembangnya budaya membeli dan menjual pakaian bekas di kalangan masyarakat Indonesia.

Maraknya importir pakain bekas tersebut dianggap mengganggu laju aktivitas perniagaan tekstil di Indonesia sebab persaingan harga yang tak sepadan.

Sebenarnya, budaya thrifting atau berburu pakaian bekas sebagaimana yang sedang popular di kalangan masyarakat Indonesia sekarang ini, pada dasarnya telah berlangsung sejak lama.

Berikut ini sejarah thrifting atau berburu pakaian bekas.

Awal Mula Budaya Pakaian Bekas

Munculnya budaya jual beli pakain bekas ini berkaitan dengan kondisi global pada masa revolusi industri yang berlangsung kisaran abad ke-18.

Dikutip dari laman Universitas Ciputra (uc.ac.id), budaya thrifting muncul sebagai reaksi dari kondisi revolusi industri yang terjadi Inggris.

Adanya revolusi industri di Inggris pada abad ke-18 membentuk suatu kebudayaan baru, yaitu mass-production of clothing atau produksi massal pakaian.

Akibat adanya produksi massal pakaian ini, peradaban serta harga pakaian-pakaian di Inggris sangat murah dan mudah didapat.

Kondisi ini tentunya kemudian membentuk suatu kebiasaan masyarakat untuk membeli barang-barang pakaian baru dan mengesampingkan pakaian lamanya.

Dari kondisi itulah kemudian mengakibatkan membludaknya pakaian bekas karena mudahnya upaya untuk membeli pakaian baru.

Namun, mudahnya membeli pakaian baru tentunya tidak berlaku untuk semua golongan, khususnya bagi orang-orang yang memiliki tingkat ekonomi rendah.

Karena adanya dua golongan yang memiliki tingkat ekonomi berbeda, muncullah perilaku menjual dan membeli pakaian bekas di kalangan ekonomi rendah di Inggris pada tahun 1980-1990an.

Budaya Membeli Pakaian Bekas di Indonesia

Lahirnya budaya thrifting atau berburu pakaian bekas di Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak jauh berbeda dengan alasan terjadinya di Inggris.

Dikutip dari penelitiannya Mulyan & Muzakkir (2021), motivasi lahirnya keinginan membeli pakaian bekas dipengaruhi oleh dua faktor besar berupa ekonomi dan tren.

Pakaian bekas yang diimpor ke Indonesia dan dijual di pasar-pasar atau toko, memiliki varian harga cenderung lebih murah dari barang baru hasil produksi tekstil dalam negeri.

Hal ini menjadi faktor besar munculnya budaya membeli dan menjual barang-barang bekas impor, khususnya pembeli dari kalangan ekonomi rendah.

Namun, dalam perkembangannya, justru budaya membeli pakaian bekas ini menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia.

Budaya membeli pakaian bekas yang dulunya digandrungi oleh masyarakat ekonomi rendah sebagai terobosan memenuhi kebutuhan sandang, kemudian juga dilakukan oleh masyarakat menengah ke atas.

Alasan masyarakat ekonomi menengah ke atas juga memburu pakaian ini karena dianggap memiliki keunikan dan tren serta gaya tersendiri.

Selain itu, masyarakat juga menginginkan barang berkualitas, bermerk, stylish, dengan harga yang hemat.

Keinginan demikian ini tentunya dijawab oleh para pengusaha pakaian bekas di pasar-pasar tradisional. Bahkan, kini banyak bermunculan toko-toko khusus pakaian bekas di Indonesia.

Adanya fenomena demikian ini kemudian melahirkan citra baru terhadap peminat pakaian bekas yang dulunya disebut masyarakat bawah.

Perubahan citra ini disebabkan oleh peminat barang bekas yang tinggi dan telah menjadi tren serta budaya umum masyarakat Indonesia lintas golongan ekonomi.

Saking membudayanya, setiap daerah kadang memiliki istilah sendiri untuk menyebut pakain bekas, missal di Palembang dikenal dengan istilah BJ (bekas Jambi), PJ (Pasar Jongkok) sebutan bagi masyarakat Pekanbaru, dan sebagainya.

Referensi:

Mulyan, A., & Muzakkir, A. (2021). Motivasi Konsumen Membeli Pakaian Bekas Di Pasar Loak Karang Sukun Kelurahan Mataram Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 5(3).

https://nasional.kompas.com/read/2023/03/16/08301021/jokowi-sentil-bisnis-impor-pakaian-bekas-sebut-sangat-mengganggu-hingga

https://www.uc.ac.id/fikom/thrifting-evolusi-barang-loak-sebagai-pop-culture/

https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/16/170000279/awal-mula-berkembangnya-budaya-berburu-pakaian-bekas-thrifting-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke