Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Prasasti Kota Kapur, Bukti Keberadaan Kerajaan Sriwijaya

Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka dengan angka tahun 608 C atau 686 Masehi.

Prasasti Kota Kapur ditulis menggunakan aksara Pallawa dan menggunakan Bahasa Melayu Kuno.

Prasasti ini dipahat ke sebuah batu berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi mencapai 177 cm, lebar 32 cm bagian dasar, dan 19 cm bagian puncak.

Sejak kali pertama ditemukan hingga tahun 2012, Prasasti Kota Kapur disimpan di Rijksmuseum (Museum Kerajaan) Amsterdam, Belanda, dengan status dipinjamkan oleh Museum Nasional Indonesia.

Sejarah

Prasasti Kota Kapur ditemukan oleh JK van der Mullen pada Desember 1892 dan merupakan prasasti pertama yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Adapun orang pertama yang menganalisis Prasasti Kota Kapur adalah H. Kern, seorang ahli epigrafi asal Belanda.

Awalnya, ia mengira bahwa Sriwijaya adalah nama seorang raja.

Namun, ternyata Sriwijaya adalah sebuah nama kerajaan. Fakta ini diungkap oleh George Coedes, seorang sejarawan asal Perancis.

George mengemukakan bahwa Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera pada abad ke-7 M. Sriwijaya disebut sebagai sebuah kerajaan kuat yang pernah berkuasa di bagian barat Nusantara.

Isi

Prasasti Kota Kapur merupakan salah satu dari lima batu prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hyang, seorang penguasa Kerajaan Sriwijaya.

Adapun isi Prasasti Batu Kapur adalah:

Artinya:

  1. Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya)
  2. Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi Kadatuan Sriwijaya ini; kamu sekalian dewa-dewa yang mengawali permulaan segala sumpah !
  3. Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadatuan ini akan ada orang yang memberon­tak yang bersekongkol dengan para pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak;
  4. yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu; biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untuk melawannya seketika di bawah pimpinan datu atau beberapa datu Sriwijaya, dan biar mereka
  5. dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagipula biar semua perbuatannya yang jahat; seperti meng­ganggu:ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja,
  6. saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang
  7. supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut
  8. mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya
  9. dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebas­an dari bencana, kelimpahan segala­nya untuk semua negeri mereka ! Tahun Saka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha [editor: setara dengan 28 Februari 686 Masehi], pada saat itulah
  10. kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang bhumi jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.

Secara garis besar, Prasasti Kota Kapur menjelaskan bahwa Sriwijaya telah menguasai bagian selatan Sumatera, Pulau Bangka, Belitung, hingga Lampung.

Selain itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melakukan ekspedisi militer untuk menghukum "Bhumi Jawa" yang tidak mau tunduk kepada Sriwijaya.

Adapun yang dimaksud Bhumi Jawa adalah Kerajaan Tarumanegara.

Demikian isi Prasasti Kota Kapur yang menjadi bukti keberadaan dan kejayaan Kerajayaan Sriwijaya.

Referensi:

  • Yudono, J. (2011). Prasasti Kota Kapur Tersimpan di Belanda. Jakarta: Kompas Daring, edisi Selasa, 28 Desember 2010.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/02/22/160000879/prasasti-kota-kapur-bukti-keberadaan-kerajaan-sriwijaya

Terkini Lainnya

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Stori
6 Peninggalan Kerajaan Ternate

6 Peninggalan Kerajaan Ternate

Stori
Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Stori
Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Stori
Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Stori
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Stori
4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

Stori
Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Stori
Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke