Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Tentara Jepang Sangat Kejam?

Meski durasi pendudukannya singkat, Jepang sangat kejam ketika menjajah Indonesia.

Beberapa contoh kekejaman Jepang selama menjajah Indonesia adalah dengan adanya romusha dan genosida Mandor di Kalimantan.

Lalu mengapa Jepang menjajah dengan sangat kejam di Indonesia?

Keadaan mendesak

Ketika Jepang menjajah Indonesia, mereka tengah terlibat dalam Perang Dunia II.

Saat itu, Jepang perang di sektor Asia Pasifik melawan Amerika Serikat.

Selain lantaran terdesak kebutuhan perang, Jepang sangat kejam saat menjajah Indonesia karena mereka menjadi negara imperialis baru.

Jepang kemudian mengambil alih kontrol ekonomi di Indonesia dengan beberapa cara, yaitu:

  • Romusha: memaksa tenaga penduduk di Indonesia untuk dipekerjakan pada proyek pengembangan Jepang.
  • Para petani diwajibkan menanam tanaman yang dibutuhkan oleh militer Jepang.
  • Hewan ternak milik rakyat banyak diambil untuk keperluan militer Jepang selama Perang Dunia II.

Pada 1943, posisi Jepang di Perang Dunia II mulai terdesak. Jepang kemudian membuat latihan kemiliteran pada pemuda dan rakyat Indonesia.

Beberapa lembaga kemiliteran era Jepang adalah:

  • Seinendan (Barisan Pemuda)
  • Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
  • Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
  • Pembela Tanah Air (PETA)
  • Fujinkai (Barisan Perhimpunan Wanita)
  • Suishintai (Barisan Pelopor)
  • Jibakutai (Barisan Berani Mati)
  • Seinentai (Barisan Murid Sekolah dasar)
  • Gakukotai (Barisan Murid Sekolah dan Lanjutan)

Ada juga kekejaman lainnya yang diterapkan Jepang selama di Indonesia, yaitu genosida mandor di Kalimantan. Genosida ini menewaskan ribuan rakyat.

Genosida tersebut dilakukan untuk meredam rasa benci rakyat Kalimantan Barat atas penjajahan Jepang di Indonesia.

Selain itu, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu atau budak seks bagi tentara Jepang di beberapa wilayah jajahan, termasuk Indonesia.

Biasanya, para perempuan dijemput paksa dari keluarganya dan ditempatkan di rumah bordil di setiap wilayah.

Bahkan, militer Jepang memaksa suntik kontrasepsi supaya para perempuan tidak hamil.

Budaya disiplin

Penyebab tentara Jepang sangat kejam, antara lain budaya disiplin atau shitsuke yang sangat kental.

Di Jepang, budaya disiplin sangat mengakar dari usia bawah hingga usia lanjut. Bahkan, pendidikan disiplin Jepang ini sangatlah keras.

Selain di kehidupan sosial, budaya shitsuke juga berpengaruh di militer Jepang.

Hal itu berdampak pada sikap militernya yang sangat keras, bahkan mengarah ke kekejaman.

Apabila terjadi suatu kesalahan, maka tentara akan mendapatkan hukuman yang keras.

Hal itulah yang menjadi alasan budaya shitsuke sangatlah penting di Jepang.

Ketika kebutuhan Perang Dunia II sangat mendesak, Jepang menargetkan ketersediaan bahan baku perang dengan jangka waktu yang sudah ditentukan.

Hal ini kemudian berdampak pada sikap keras tentara Jepang terhadap penduduk di wilayah jajahannya.

Kekejaman itu pun terjadi di Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia menderita akibat pendudukan militer Jepang di Indonesia.

Tidak menerima kekalahan

Di Jepang, keberhasilan dan kerja keras merupakan sesuatu yang mutlak dan harus tercapai.

Sebaliknya, kegagalan adalah sebuah aib yang sangat memalukan bagi orang Jepang.

Oleh sebab itu, penjajahan Jepang di berbagai wilayah di Asia, dilakukan secara keras dan kejam.

Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menuju keberhasilan dan kejayaan Jepang.

Sikap tidak menerima kekalahan ini diimplementasikan dengan harakiri atau bunuh diri.

Biasanya, para tentara Jepang akan melakukan harakiri jika merasa gagal melaksanakan tugasnya.

Tentara Jepang juga menganggap bahwa kekalahan merupakan aib bagi individu dan juga keluarganya.

Referensi:

  • Notosusanto, Nugrogo, (2008). Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
 

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/26/190000979/mengapa-tentara-jepang-sangat-kejam-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke