Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Widjojo Nitisastro, Arsitek Pembangunan Orde Baru

Ia merupakan salah satu Mafia Berkeley, sekelompok ekonom lulusan University of California at Berkeley, Amerika Serikat.

Sebelum menjadi ekonom, Widjojo Nitisastro sempat ikut berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 di Surabaya.

Kehidupan awal

Widjojo Nitisastro lahir pada 23 September 1927. Ia berasal dari keluarga pensiunan pemilik sekolah dasar.

Adapun ayah dari Nitisastro adalah seorang aktivis Partai Indonesia Raya (Parindra), yang menggerakkan Rukun Tani.

Ketika pecah perang kemerdekaan di Surabaya, Nitisastro baru duduk di kelas 1 SMA di St Albertus, Malang.

Pada tahun 1945, Nitisastro bergabung dengan pasukan pelajar yang ikut bertempur di Ngaglik dan Gunung Sari, Surabaya.

Setelah perang usai, Nitisastro sempat menjadi guru selama 3 tahun.

Nitisastro kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan fokus pada demografi.

Ketika menjadi mahasiswa UI, Nitisastro bersama seorang ahli dari Kanada yang bernama Nathan Kayfiz menulis buku Penduduk dan Pembangunan Indonesia.

Dengan prestasi yang bagus, ia kemudian mendapat kesempatan melanjutkan studinya di University of California at Berkeley.

Ia mendapat beasiswa dari Ford Foundatin dan lulus pada tahun 1961. Setelah itu, Nitisastro mengajar di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD).

Menjadi ahli di era Soeharto

Sekembalinya dari Amerika Serikat, Nitisastro dihadapkan pada kekacauan ekonomi Indonesia.

Saat itu, Indonesia yang berada di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno menjalakan sistem ekonomi sosialis.

Pemerintah memiliki kuasa besar untuk mengolah segala sumber daya alam bagi kepentingan bangsa dan negara.

Pada tahun 1963, Widjojo Nitisastro menyampaikan pendapatnya kepada pemerintah untuk mengubah paradigma ekonomi Indonesia saat inagurasinya sebagai profesor di UI.

Ia menyarankan supaya pemerintah memasukkan analisis ekonomi dalam pembuatan kebijakan.

Nitisastro juga menyarankan adanya kombinasi mekanisme pasar dan intervensi pemerintah alih-alih membiarkan pasar terlalu bebas atau sebaliknya membuat pemerintah terlalu berkuasa.

Namun, latar belakang Nitisastro yang lulusan Amerika Serikat sangat sulit untuk didengarkan oleh pemerintah saat itu. Soekarno anti Barat dan lebih condong ke Uni Soviet.

Namun ketika Orde Baru menggantikan kepemimpinan Soekarno pada tahun 1966, Widjojo Nitisastro memberikan saran terkait permasalahan ekonomi yang diderita Indonesia saat itu.

Saat itu, Widjojo Nitisastro dan beberapa ekonom dari UI mempresentasikan ide mereka serta rekomendasi kebijakan kepada Soeharto.

Soeharto saat itu kagum dan meminta mereka untuk bekerja sebagai Tim Ahli di bidang Ekonomi dan Keuangan. Saat itu Widjojo Nitisastro dipercaya menjadi ketuanya.

Selain itu, pada tahun 1968, Widjojo Nitisastro ditunjuk menjadi Ketua Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas).

Baru di era 1970-an, Widjojo Nitisastro dan beberapa ekonom lulusan University of California at Berkeley dicap sebagai Mafia Berkeley yang dibentuk Amerika Serikat untuk menanamkan ekonomi liberalisme di Indonesia.

Kendati demikian, kariernya semakin moncer. Pada tahun 1971 hingga 1973, ia diangkat menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional.

Setelah itu, pada tahun 1973 hingga 1983, Widjojo Nitisastro diangkat menjadi Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri Indonesia sekaligus Kepala Bappenas.

Saat itu, tahun 1980-an, Widjojo Nitisastro dicalonkan oleh Forum Studi dan Komunikasi (Fosko) sebagai wakil presiden Soeharto. Namun ia menolak.

Meninggal dunia

Ketika Reformasi berlangsung dan Indonesia dipimpin Habibie pada 1998, pengaruh Widjojo Nitisastro mulai melemah.

Namun, setelah Presiden Habibie lengser, Widjojo Nitisastro kembali ke pemerintahan sebagai Penasehat Ekonomi Presiden.

Di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, Widjojo Nitisastro diminta memimpin Tim Ekonomi Indonesia pada pertemuan Paris Club pertengahan April 2000.

Adapun tim tersebut memiliki misi untuk membicarakan penjadwalan kembali pembayaran utang RI, untuk priode April 2000 hingga Maret 2002 senilai 5,9 miliar AS.

Pada 2012, Widjojo Nitisastro meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Ia meninggal dunia karena sebelumnya menderita sakit.

Referensi:

  • Aning S, Floriberta. (2005). 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia. Yogyakarta: Narasi.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/17/081500979/widjojo-nitisastro-arsitek-pembangunan-orde-baru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke