Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hubungan Kerajaan Ternate dengan Jawa pada Masa Islam

Berkembangnya Islam menunjang tumbuhnya berbagai kerajaan Islam di Indonesia, salah satunya Kerajaan Ternate di Maluku Utara.

Awalnya, Kerajaan Terante didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257 dengan nama Kerajaan Gapi dan belum bercorak Islam.

Barulah pada abad ke-15, setelah Islam mulai menyebar di Ternate, keluarga kerajaan mulai memeluk Islam, tepatnya pada masa Raja Marhum (1432-1486).

Dalam perkembangannya, Kerajaan Ternate memiliki hubungan dengan beberapa pihak dari wilayah lain di Nusantara, salah satunya Jawa.

Lalu, apa hubungan Kerajaan Ternate dengan Jawa pada masa Islam?

Hubungan dagang

Berdiri di tanah Maluku, yang dikenal sebagai daerah yang kaya rempah-rempah, Kerajaan Ternate tentu menarik perhatian bangsa lain untuk menjalin hubungan dagang.

Pada abad ke-15, Kerajaan Ternate semakin berkembang karena perdagangannya yang kuat.

Tidak hanya bangsa Eropa, pedagang dari Jawa, Melayu, Arab, dan China juga datang untuk membeli rempah-rempah.

Sebaliknya, pedagang yang ke sana, salah satunya dari Jawa, juga turut membawa dagangan selain rempah-rempah, seperti beras dan barang-barang lainnya.

Kerajaan Ternate juga mengembangkan kota pelabuhan sebagai pusat aktivitas dagang rempah-rempah.

Hal inilah yang kemudian mendorong terjalinnya hubungan antara Kerajaan Ternate dengan Jawa pada masa Islam.

Penyebaran agama Islam

Selain hubungan dagang, Kerajaan Ternate dengan Jawa juga memiliki hubungan terkait penyebaran agama Islam.

Pasalnya, proses islamisasi di Kerajaan Ternate dilakukan oleh para ulama dari Jawa.

Raja Marhum (1432-1486), diduga sebagai raja pertama yang memeluk Islam setelah mendapat dakwah dari murid Sunan Giri, yaitu Datu Maulana Husein.

Kemudian, pada masa kepemimpinan putra Raja Marhum, yakni Sultan Zainal Abidin (1486-1500), gelar Kolano (raja) di Ternate diganti menjadi Sultan, yang lebih mencirikan agama Islam.

Hal ini karena pada 1494, Sultan Zainal Abidin pergi ke Jawa, tepatnya ke pondok pesantren milik Sunan Giri di Gresik, Jawa Timur, untuk memperdalam agama Islam.

Setelah memperdalam agama Islam di Jawa selama beberapa waktu, Zainal Abidin kembali ke Ternate dengan membawa beberapa ulama untuk mengembangkan agama Islam di kerajaannya.

Setelah itu, Zainal Abidin menggunakan gelar sultan, sebagai ganti dari gelar kolano, yang digunakan sebelumnya.

Sultan Zainal Abidin juga mulai mengganti sistem pemerintahan Kerajaan Ternate menjadi bercorak Islam dan menerapkan hukum Islam di seluruh kesultanan.

Di bidang pendidikan, Sultan Zainal Abidin mendirikan beberapa sekolah Islam yang pengajarnya berasal dari Jawa.

Sejak saat itu, Islam terus berkembang di Kerajaan Ternate.

Referensi:

  • Amarseto, Binuko. (2017). Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Relasi Inti Media.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/09/110000579/hubungan-kerajaan-ternate-dengan-jawa-pada-masa-islam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke