Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Abdulkadir Widjojoatmodjo, Delegasi Belanda dalam Perjanjian Renville

Semasa hidupnya, tokoh yang lahir di Salatiga, Jawa Tengah, ini memilih untuk setia kepada Belanda.

Bahkan, delegasi Belanda dipimpin oleh Abdulkadir Widjojoatmodjo saat Perundingan Renville tahun 1947. 

Perjalanan karier

Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo lahir di Salatiga, Jawa Tengah, pada 18 Desember 1904 dari keluarga pegawai negeri Jawa yang setia kepada pemerintah Hindia Belanda.

Ia mengenyam pendidikan di sekolah Belanda, dan kemudian lanjut dengan mengikuti pelatihan di Universitas Leiden.

Atas rekomendasi Snouck Hurgronje, Abdulkadir dapat bekerja sebagai administrator Dewan Homegrown.

Dari situ, ia kemudian menjadi sekretaris kedutaan besar Belanda di Jeddah, yang membawanya ke perjalanan di wilayah Timur Tengah.

Abdulkadir sempat kembali ke Indonesia dan mengikuti kursus di Batavia. Tidak lama berselang, ia bekerja sebagai sekretaris Konsulat Belanda.

Lalu, pada 1 Mei 1933, Abdulkadir dipercaya menjabat sebagai Wakil Konsul Belanda di Jeddah, sebelum akhirnya kembali ke Indonesia.

Sekembalinya ke Indonesia, Abdulkadir menyandang pekerjaan baru sebagai Ketua Vereeniging van Indonesische Ambtenaren (Perhimpunan Pejabat Indonesia).

Ketika Jepang merebut Indonesia pada 1942, ia diketahui ikut melarikan diri bersama para pejabat Belanda lainnya ke Australia.

Pada masa pelariannya, Abdulkadir bergabung menjadi petinggi Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA).

Kariernya yang terus melesat di pemerintahan Belanda pun membuatnya enggan untuk bergabung bersama pemerintahan Indonesia, yang telah merdeka.

Abdulkadir lebih memilih untuk tetap menjadi pegawai negeri Belanda serta pejabat NICA.

Pada 21 Juli 1947, Belanda sempat melancarkan Agresi Militer Belanda I di Sumatera dan Jawa.

Peristiwa Agresi Militer Belanda I ini diakhiri dengan Perundingan Renville, di mana ia berperan sebagai delegasi Belanda, sementara delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir Sjarifuddin.

Wafat

Setelah Belanda hengkang dari Indonesia pada 1949, Abdulkadir Widjojoatmodjo sempat memilih untuk tetap tinggal.

Namun, karena terus hidup dalam kesulitan, ia akhirnya ke Belanda setelah 17 tahun hidup di Indonesia.

Abdulkadir Widjojoatmodjo tinggal di Belanda hingga akhir hayatnya pada 24 Desember 1992.

Karena keberpihakannya terhadap Belanda, Abdulkadir memiliki citra yang buruk di mata para pejuang Indonesia.

Referensi:

  • Hoegeng. (1993). Polisi Idaman dan Kenyataan Sebuah Autobiografi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/18/080000179/abdulkadir-widjojoatmodjo-delegasi-belanda-dalam-perjanjian-renville

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke