Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kesultanan Mughal: Sejarah, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Meski bukan kerajaan Islam pertama di India, kerajaan ini memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan Islam di tanah Hindu tersebut.

Kesultanan Mughal atau Kerajaan Mogul di india didirikan oleh Zahiruddin Babur, cucu Timur Lenk, yang berasal dari keturunan Genghis Khan dari Mongol.

Sementara khalifah yang membawa Daulah Mughal ke puncak kejayaan adalah Jalaluddin Akbar, yang memerintah antara 1556-1605 M.

Namun, memasuki abad ke-19, Kesultanan Mughal mulai runtuh karena para raja penerusnya tidak sanggup memertahankan kebesaran para pendahulunya.

Berdirinya Kesultanan Mughal

Zahiruddin Muhammad Babur adalah putra Umar Sheikh Mirza, penguasa Ferghana, dan Qutlugh Nigar Khanum, keturunan Chagatai Khan, anak Genghis Khan.

Di usia 11 tahun, Babur telah mewarisi daerah Ferghana dari ayahnya. Sejak muda, ia telah berambisi menaklukkan Samarkand, kota penting di Asia Tengah kala itu.

Dengan bantuan Raja Ismail I dari Kerajaan Safawi, Babur berhasil menaklukkan Samarkand pada 1494 M.

Satu dekade kemudian, ia menduduki kekuasaan di Kabul, ibu kota Afghanistan, dan segera memusatkan perhatiannya pada India.

Kala itu, India dikuasai oleh Ibrahim Lodi dari Kesultanan Delhi yang pemerintahannya sedang tidak stabil.

Babur kemudian memimpin bala tentaranya menuju Delhi dan terjadilah Pertempuran Panipat I pada 21 April 1526 M.

brahim Lodi bersama ribuan pasukannya meninggal dalam serangan itu, dan tidak lama kemudian Babur mendirikan Kesultanan Mughal.

Masa kejayaan Kesultanan Mughal

Kesultanan Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605 M).

Di bawah kendali Akbar, kesultanan ini tidak hanya maju di bidang politik dan militer, tetapi juga di bidang ekonomi, pendidikan, arsitektur, seni dan budaya, serta keagamaan.

Kejayaan yang diraih Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jahangir (1605-1628 M), Shah Jahan (1628-1658 M) dan Alamgir atau Aurangzeb (1658-1707 M).

Pada periode ini, Kesultanan Mughal memiliki pertahanan militer yang tangguh dan sukar ditaklukkan.

Stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang diterapkan Akbar juga membawa kemajuan dalam segala bidang lainnya.

Dalam bidang ekonomi, Kesultanan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan.

Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara, bersamaan dengan hasil kerajinan seperti kain tenun serta kain tipis berbahan gordyin yang banyak diproduksi di Bengal dan Gujarat.

Ketika Shah Jahan berkuasa, ia memerintahkan untuk membangun Taj Mahal, yang menjadi salah satu bukti kemajuan di bidang arsitektur Mughal.

Pada masa pemerintahan Aurangzeb, pajak dihapuskan, harga bahan pangan diturunkan, dan korupsi diberantas.

Selama satu setengah abad, Kesultanan Mughal menjadi negara adikuasa yang menguasai perekonomian dunia, mengalahkan Dinasti Qing di China dan Eropa Barat.

Pada awal abad ke-18, wilayah kekuasaannya membentang dari Bengal di Timur ke Kabul dan Sindh di Barat, Kashmir di Utara ke lembah Kaveri di Selatan.

Penduduknya saat itu diperkirakan mencapai 150 juta jiwa, atau sekitar seperempat dari populasi dunia saat itu. Dengan berbagai pencapaian itu, Mughal dapat dianggap sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia kala itu.

Runtuhnya Kerajaan Mughal

Setelah satu setengah abad berada dalam kejayaannya, Kesultanan Mughal mulai mengalami kemunduran.

Sepeninggal Aurangzeb, para penerusnya tidak sanggup memertahankan kebesaran para pendahulunya.

Bidang militer dan pertanian yang menjadi tumpuan kebesaran Mughal tidak lagi dikembangkan.

Kejayaan Mughal pun secara perlahan hilang akibat satu per satu daerah kekuasaannya melepaskan diri dan mendirikan kerajaan baru.

Memasuki pertengahan abad ke-19, Inggris telah mengendalikan sebagian besar wilayah kekuasaan Mughal.

Raja terakhir Kesultanan Mughal, Bahadur Shah II, yang hanya memiliki otoritas atas Kota Shahjahanabad, akhirnya digulingkan setelah Pemberontakan India pada 1857.

 Bahadur Shah II kemudian diasingkan ke Myanmar oleh Inggris dan peristiwa ini menandai berakhirnya Kesultanan Mughal.

Peninggalan Kerajaan Mughal

  • Taj Mahal di India
  • Benteng Agra di India
  • Benteng Allahabad di India
  • Benteng Merah di India
  • Benteng Lalbagh di Bangladesh
  • Benteng Lahore di Pakistan
  • Taman Babur di Afghanistan

Referensi:

  • Rohman, Sandi Nur. (2017). Dinasti Mughal: Menelusuri Jejak Peradaban Islam di Tanah Hindustan. Yogyakarta: Diandra Kreatif.
 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/03/110000779/kesultanan-mughal-sejarah-raja-raja-masa-kejayaan-dan-peninggalan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke